Ole Gunnar Solskjaer

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Ole Gunnar Solskjaer
Ole Gunnar Solskjaer. Foto: Andrew Yates/Reuters

Kedatangan Jadon Sancho dari Borussia Dortmund adalah berkah dari langit yang dinantikan selama dua tahun. Kedatangan Raphael Varrane dari Real Madrid adalah pemberian malaikat yang tidak terduga. Dan, kembalinya Cristiano Ronaldo setelah melanglang buana 12 tahun adalah laksana revelation, wahyu dari langit.

Kurang apa lagi? Ole sudah dipersenjatai dengan lengkap. Semua pandit langsung menjatuhkan pilihan kepada MU untuk menjadi juara Inggris tahun ini. MU juga dijagokan akan berbicara banyak di Liga Champions.

Itulah Mang Ole yang misterius. Dia punya Sancho yang hebat ketika main di Dortmund. Ole punya Paul Pogba yang dahsyat ketika bermain untuk timnas Prancis. Namun, di MU Pogba melempem. Sancho masih belum ketemu bentuknya. Ronaldo langsung menyetel dengan menciptakan empat gol dalam tiga pertandingan.

Kedatangan Ronaldo adalah berkah luar biasa. Dia sudah berusia 36 tahun. Teman-temannya sudah ada yang pensiun sepuluh tahun lalu, tetapi Ronaldo masih terus berlari seperti remaja ceking kurus yang menggocek dan melompati bola di Old Trafford 12 tahun yang lalu.

Ronaldo menjadi tumpuan serangan MU. Semua bola harus diberikan ke Ronaldo. Ole membangun timnya di sekitar Ronaldo.

Strategi ini dipatahkan oleh Aston Villa yang bermain ngeyel, melakukan pressure ketat di garis pertahanan tertinggi lawan. MU kelabakan dan kebingungan. Lapangan tengah MU ompong.

Ole masih percaya kepada dua gelandang Fred dan Scott McTominay sebagai dua jangkar. Dua pemain ini dianggap dua titik lemah di barisan MU.

Ole buntu akal tidak menemukan solusi dari kelemahan ini. Itulah beda Ole dari Jurgen Klopp, Thomas Tuchel, dan Pep Guardiola, yang bisa menutupi kelemahan tim dengan mengoptimalkan pemain yang ada.

Ole Gunnar Solskjaer disebut lebih pantas menjadi guru olahraga daripada menjadi pelatih MU. Ada Zidane, atau Conte.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News