Omzet Bisa Rp30 Juta per Hari, Dihajar Gempa, Baru Bangkit Diserbu Corona

Omzet Bisa Rp30 Juta per Hari, Dihajar Gempa, Baru Bangkit Diserbu Corona
Para penenun tradisional di Kota Palu dan Donggala ikut terdampak COVID-19. Foto: HO-Imam Basuki

Produk hasil olahan usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) di Kota Palu itu justru menyasar pasar hingga ke Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Selatan.

Kartika, pemilik usaha tepung terigu Kribo, mengatakan saat ini dirinya memenuhi pasar Makassar 3,5 ton setiap pekannya.

Di tengah COVID-19, Kartika hanya mengandalkan penjualan secara daring hingga akhirnya ia tidak menyangka permintaan sampai ke Sumatera dan Kalimantan.

"Saya sekarang kendala biaya pengiriman. Ongkos kirim terlalu mahal, sehingga kami belum bisa penuhi permintaan dari Sumatera," katanya.

Usaha mandiri yang dibangun Kartika terbilang masih sangat muda. Ia baru memulai usaha tersebut Maret 2018, namun sempat terhenti karena bencana gempa, tsunami dan likuefaksi melanda Kota Palu pada 28 September 2018.

Menghadapi guncangan itu, ia tidak patah semangat. Ia terus berusaha bangkit dengan dukungan suami yang bekerja sebagai pebisnis ayam potong di Kota Palu.

Kartika yang sebelumnya ditunjuk sebagai tim pendamping UMKM di Kota Palu oleh pemerintah kota setempat, akhirnya memilih mandiri setelah tugas pendampingannya berakhir.

Ia konsentrasi membangun usahanya yang kini telah mempekerjakan 16 karyawan itu.

Para pengusaha batik di Kota Palu yang baru bangkit setelah dihajar gempa 2018, kini kembali megap-megap karena serbuan COVID-19.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News