Orang Tua Harus Mewaspadai Bahaya Ketergantungan Gawai pada Anak

Orang Tua Harus Mewaspadai Bahaya Ketergantungan Gawai pada Anak
Arsip foto - Dua bocah bermain gawai di Jakarta, Jumat (16/4/2021). Dokter spesialis saraf anak dari Departemen Neurologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Yetty Ramli mengatakan penggunaan gawai sebagai sarana untuk mengakses teknologi terbukti memberikan dampak buruk pada anak karena bisa mengganggu kemampuan kognitif anak, yang meliputi daya ingat, bahasa, daya tangkap, serta kemampuan motorik dan sensorik. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww

jpnn.com - JAKARTA - Juru Bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Ariandi Putra menyebut perilaku kecanduan gawai sebagai screen dependency disorder (SDD) atau disebut gangguan ketergantungan terhadap layer gadget.

Dia mengimbau orang tua mewaspadai ketergantungan gawai pada anak saat usia pertumbuhan.

Ariandi mengungkap sebuah penelitian terbaru yang menemukan sekitar 30 persen anak di bawah usia enam bulan sudah mengalami paparan gawai secara rutin dengan rata-rata waktu 60 menit per hari.

"Pada usia dua tahun, sembilan dari sepuluh anak mendapat paparan gawai yang lebih tinggi dan berpotensi membuat mereka mengalami SDD," ungkapnya dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (7/12).

Ariandi mengatakan potensi gawai merusak otak anak bisa lebih tinggi jika anak terkena paparan gawai sejak dini.

Selain tanda-tanda anak mengalami SDD, gawai juga dapat menjadi potensi utama merusak otak anak dan mengganggu proses tumbuh kembang sang anak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat data yang menggambarkan besarnya dampak anak yang terlalu sering menggunakan gawai.

Selain itu, lanjut Ariandi, anak juga akan mengalami kurang tidur sehingga kemampuan untuk fokus sangat rendah.

BSSN mengimbau orang tua mewaspadai ketergantungan gawai pada anak saat usia pertumbuhan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News