Orang Tua Harus Paham Perkembangan Emosi Anak Usia Dini, Ini Penjelasannya

Orang Tua Harus Paham Perkembangan Emosi Anak Usia Dini, Ini Penjelasannya
Ilustrasi anak usia dini. Foto: pixabay

jpnn.com, JAKARTA - Setiap anak usia dini memiliki perkembangan sosial emosional yang berbeda-beda. Namun, secara umum ada tahapan-tahapan perkembangan sosial emosional anak yang bisa dipelajari orang tua sebagai pengetahuan dasar.

Hal ini disampaikan dr. Octaviani Ranakusuma, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Yarsi dalam diskusi 'Perkembangan Otak Anak di Usia Emas' yang digelar Tanoto Foundation hari ini bekerja sama dengan Universitas Yarsi dan Koalisi PAUDHI Nasional.

Merujuk pada ilmuwan Psikologi Erik Erikson, Octa menyebut ada empat tahapan perkembangan sosial emosional anak usia dini.

Pertama pada usia 0-12 bulan ada rasa percaya dan tidak tidak percaya dalam diri anak pada lingkungannya.

"Itu semua bergantung pada reaksi respons lingkungan sekitar terhadap kebutuhan dasar anak terhadap rasa nyaman. Contoh anak suka popoknya kering. Dia tidak merasa nyaman jika popoknya basah dan dibiarkan begitu saja dia sudah menangis tetapi tidak ada yang merespons maka dia merasakan yang dia lakukan tidak berdampak," tutur Octa.

Apabila hal-hal tentang ketidaknyaman itu terjadi, kata Octa, anak kemudian menjadi tidak percaya pada lingkungannya.
Anak bisa berpikir, lingkungan tidak akan membantu dia.

Begitu pun sebaliknya, jika ada yang merespons ketidaknyamanan yang dirasakan maka dia akan percaya bahwa lingkungan sekitar memerhatikannya. Kebutuhan dasar anak itu termasuk pangan. Anak merasa kenyang dan mendapatkan makanan cukup. Maka dia akan merasa nyaman.

Kemudian tahap kedua di usia 1-3 tahun, di mana anak mulai merasa bisa bergerak sendiri atau bisa juga justru menjadi pemalu.

Perkembangan sosial emosional anak usia dini terus berubah sesuai lingkungan dan umurnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News