Pabrik Kantong Darah Sangat Mendesak
Kamis, 18 Februari 2010 – 17:56 WIB
Selain itu, subsidi reagensia dari APBN tidak terjadi keberlangsungannya. JK menyatakan, subsidi reagensia yang dikeluarkan pemerintah sebesar Rp40 miliar, hanya cukup untuk reagen HIV/AIDS saja. Sedangkan untuk, hepatitis dan syphilis tidak mencukupi. "Subsidi Rp40 miliar dari APBN untuk reagensia HIV, baru mulai ada lagi Januari 2010. Sedangkan untuk Hepatitis B, Hepatitis C dan Syphilis tahun ini nihil," papar JK.
Baca Juga:
BPPD sendiri, dengan subsidi pemerintah beradasarkan Surat Menkes No 226/2006 untuk Askeskin Rp120 ribu per kantong. Sedangkan standar WHO, per kantong BPPD seharga Rp276 ribu. "Rinciannya 47 persen biaya penggantian fasilitas dan pelatihan tenaga, 53 persennya untuk biaya operasional," tambahnya.
Untuk itu, lanjut JK, perlu adanya payung hukum yang mendukung anggaran untuk pelayanan darah. PMI perlu alokasi anggaran untuk pelayanan darah, bagi kebutuhan pengadaan reagensia dan kantong darah untuk donasi sekitar 3 juta kantong, di tahun 2010, besarannya mencapai Rp360 miliar serta pelaksanaan pengolahan plasma melalui proses fraksionasi.
"Karena saat ini banyak plasma yang terbuang padahal plasma mengandung faktor VIII dan IX, globulin, albumin dan fibrinogen untuk kegunaan pengobatan.
JAKARTA- Pemerintah harus berupaya mendirikan pabrik kantong darah. Selama ini kantong darah diimpor dari Jepang, Singapura dan India. "Mudah-mudahan
BERITA TERKAIT
- Warga Diimbau Waspadai Tsunami Akibat Erupsi Gunung Ruang
- Waspada Kelompok Anarko Menyusup di Aksi Demo Buruh
- Kemenpora Gelar Pelatihan Keluarga Muda Berdaya, Ini Tujuannya
- Resinergi, Inovator Pengelolaan Sampah Terpadu dan Berkelanjutan Sukses Raih Pendanaan dari NEV
- FIR Kepri-Natuna Kini Dipegang Penuh RI, Ketua MPR Bamsoet Sampaikan Harapan Begini
- Prakiraan Cuaca di Riau 30 April 2024, BMKG: Hujan dan Angin Kencang, Waspada