Pak Bill dan Pak Amien

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Pak Bill dan Pak Amien
Presiden Jokowi. Foto : dok. Ricardo/JPNN

Menyebutkan nama Luhut dengan terbuka berarti Amien membeber kepada publik bahwa wacana tiga periode ini muncul dari Luhut. Jokowi memang bersikap pasif dengan menyampaikan beberapa kali pernyataan yang bersayap. Namun, jelas terlihat bahwa Jokowi menunggu gelombang sambil mengukur kedalaman air.

Jokowi dan Luhut Binsar Pandjaitan harus selesai masa jabatannya pada 2024 mendatang. Sehingga jangan lagi ada wacana perpanjangan jabatan kepala negara yang jelas menabrak konstitusi.

Bagi Amien perkembangan politik ini seperti sebuah ‘’deja vu’’ sebuah pengalaman yang terulang kembali. Ia mengalaminya semasa Orde Baru. Ia melihat wacana perpanjangan tiga periode ini sama seperti era Orde Baru yang berusaha memperpanjang kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.

Dia tegas menolak dan menyebut rekayasa itu sebagai kejahatan politik, political crime. Ditegaskan, tidak boleh lagi dua oknum ini lantas menggerakkan berbagai cara, kebulatan tekad ala Orde Baru. Masih terngiang-ngiang rakyat kita dibodohi, ditekan, diancam untuk mengegolkan tujuan politik yang sesungguhnya jahat.

Amien melihat ada gejala paranoid dalam rezim ini. Perpanjangan masa jabatan digelindingkan karena adanya ketakutan, selalu merasa tidak aman terhadap pemimpin berikutnya. Karena itu kemudian digunakan cara-cara Orde Baru, seperti bujuk rayu terhadap masyarakat untuk mendapatkan dukungan, seolah-oleh hanya Jokowi saja yang mampu menyelamatkan Indonesia.

Ciri rezim paranoid, kata Amien, adalah tidak pernah merasa secure, kemudian menutupi kelemahannya dengan menggertak, mengancam, mengerahkan massa yang masif. Pernyataan sikap dari sekumpulan kepala desa yang mendukung tiga periode adalah contohnya.

Pola yang sama oleh Amien bakal dilakukan dengan menggerakkan asosiasi-asosiasi dan kumpulan tertentu seperti petani, nelayan, buruh, pegawai negeri, pensiunan, dan kelompok-kelompok lain dari berbagai komponen.

Pak Bill tidak kalah keras pesannya dibanding Pak Amien. Namun, Pak Bill lebih lembut dan tersembunyi. Agak ironis rasanya. Pak Bill yang orang Amerika malah sangat Jawa dalam memberikan kritik. Santun dan penuh dengan tembung sanepa. Namun, message-nya tegas dan menohok. Sebuah kode keras.

Jokowi harus belajar pada kearifan Habibie. Itulah pesan Pak Bill. Tegas dan jelas. Jika tidak, maka demokrasi Indonesia berada dalam bahaya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News