Pakar ITB: Terlalu Dini Menyebut Petir Tidak Terjadi Saat Kebakaran Tangki Balongan

Pakar ITB: Terlalu Dini Menyebut Petir Tidak Terjadi Saat Kebakaran Tangki Balongan
Sejumlah warga menyaksikan kebakaran kilang minyak Pertamina Balongan, Indramayu, Senin (29/3/2021). Foto: ANTARA/Khaerul Izan

Sedangkan hasil monitoring lighting detector BMKG, kerapatan petir sekitar pukul 00.00-02.00 WIB, justru berkumpul pada bagian barat kilang minyak Balongan atau sejauh kurang lebih 77 kilometer.

“Makanya tanya masyarakat lokal, apakah pada saat kebakaran mereka mendengar petir atau tidak? Jika berjarak 77 kilometer tentu tidak terdengar,” kata Zoro.

Ihwal kurangnya akurasi lightning detector milik BMKG, juga pernah terjadi beberapa kali. Pada 21 Juli 2020, misalnya, ketika terjadi sambaran petir di Tower 18 PT Inalum, dekat Danau Toba.

“Ketika kami minta data petir ke BMKG, ternyata data mereka menyebut bahwa cluster petir berjarak 80 kilometer dari Tower 18 PT Inalum. Melencengnya jauh banget,” ungkapnya.

Di sisi lain Zoro menyebut, petir memungkinkan menjadi penyebab terbakarnya tangki kilang.

Terlebih, petir tropis yang memang memiliki kekuatan lebih besar dibandingkan petir sub tropis.

Petir tropis memiliki sambaran tinggi, amplitudo besar, gelombang sangat curam, impulse force-nya bisa mengancurkan, dan muatan arus petir jauh lebih besar.

“Sebenarnya tanki-tanki Pertamina memenuhi standar pengamanan. Hanya saja, karena petir tropis memang sangat kuat, bisa membuat tangki berlubang,” jelasnya.

Masih terlalu pagi kalau BMKG mengatakan petir tidak terjadi di daerah sekitar Balongan pada saat kebakaran tangki Pertamina.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News