Pantai Melayu

Oleh: Dahlan Iskan

Pantai Melayu
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - ADA waktu dua jam. Senam dansa di halaman kelenteng Pek Kong selesai pukul 07.00. Jadwal feri ke Singapura pukul 10.00.

"Kita ke Pulau Rempang," kata saya ke Marganas, mantan direktur saya di Batam Pos.

"Tidak sarapan dulu?" katanya.

Baca Juga:

Awalnya dua jam itu memang disediakan untuk mandi dan sarapan pagi. Saya pilih ke Rempang. Sudah lebih 20 tahun tidak ke pulau itu.

Belakangan ini Rempang jadi buah bibir: akan jadi lokasi pabrik kaca salah satu yang terbesar di dunia. Akhir bulan ini, 29 Agustus, Presiden Jokowi dijadwalkan ke Rempang: peletakan batu pertamanya.

Maka saya ganti baju di Pek Kong. Di toiletnya. Lalu meluncur di jalan raya. Saya membawa kaus untuk mengganti yang basah kuyup.

Saya kembali melewati jalan utama Batam yang lagi dilebarkan (baca Disway kemarin). Saya menelepon Wali Kota Batam Muhammad Rudi.

"Masa jabatan Bapak kan hampir habis, siapa yang akan menyelesaikan proyek jalan lima lajur ini?"

Saya tidak sampai 5 menit di Pantai Melayu 1. Waktu sudah mepet. Jangan sampai ketinggalan feri ke Singapura. Mohamed Salah sudah kangen saya: siapa tahu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News