Para Sandera Pindah-pindah, Dibawa ke Gubuk di Tengah Hutan

Soal ibadah, Wendi mengaku tidak menemui halangan. Namun dia tidak menampik kalau ada salah seorang rekannya yang non muslim mengaku sebagai muallaf kepada Abu Sayyaf. Kendati demikian, Wendi mengaku tidak ada paksaan untuk ibadah sama sekali oleh Abu Sayyaf.
“Mereka (Abu Sayyaf) juga shalat, tapi tidak berjemaah dengan tawanan. Kami kalau shalat juga diawasi,” kata dia.
Untuk makan, para sandera diberi makan yang sama dengan para anggota kelompok Abu Sayyaf 3 kali dalam sehari walau menu makanan yang disajikan tidak menentu.
Sementara untuk buang air Wendi melakukannya di semak-semak di belakang sebuah pohon yang tak jauh dari camp tawanan.
“Biasanya nasi atau buah, makanan kita (sandera) sama dengan mereka (Abu Sayyaf),” aku Wendi.
Wendi melanjutkan, untuk air minum dan MCK mereka memang sedikit kesulitan. Pasokan air biasanya ditampung dari air hujan dan kadang-kadang air juga dikirim dari pulau-pulau sekitar. “Untuk minum memang agak susah, kalau nggak dari menampung air hujan ya airnya dikirim dari pulau lain,” paparnya.
Wendi menuturkan, selama disandera sering berpindah-pindah pulau. Alasannya untuk menghindari kontak senjata dan menjaga keselamatan para sandera.
“Nggak ingat berapa kali pindah pulau, pokoknya sering. Biasanya di pulau-pulau itu di tengah hutannya ada gubuk. Jadi kami dibawa ke sana,” paparnya.
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu