Paranormal Mengaku Dokter Kandungan

Tangani 375 Pasien, Omzet Rp 5 Juta Per Minggu

Paranormal Mengaku Dokter Kandungan
Paranormal Mengaku Dokter Kandungan

jpnn.com - SURABAYA - Djuhari Prajogo, 56, termasuk nekad. Meski hanya lulusan SMA di kawasan Jalan Ambengan, warga Jalan Pulo Wonokromo 295 B itu berani mengaku sebagai dokter spesialis kandungan. Sudah ratusan pasien yang terkendala masalah reproduksi ditangani sejak pertengahan 2011.

Djuhari membuka praktik ilegal tersebut bersama istri kedua, Lusia Sudiarti, 48, di tempat tinggalnya. Mereka sudah ditangkap petugas Polsek Wonokromo. Penangkapan itu dilakukan petugas setelah memastikan dua tersangka sedang berpraktik.

Kapolrestabes Surabaya Kombespol Setija Junianta mengatakan, saat penangkapan, dua tersangka sedang menangani seorang perempuan yang terbaring mengangkang di tempat. Di teras, ada dua pasien lagi yang sedang mengantre untuk diobati.

Menurut Setija, tersangka Djuhari mengaku sebagai dokter spesialis kandungan. Dia terkenal dalam urusan menangani pasangan yang tak kunjung mendapat keturunan. "Tersangka juga mengeluarkan resep untuk menebus obat ke apotek," katanya. Padahal, dia tidak memiliki kapasitas sama sekali sebagai dokter.

Polisi menyita sejumlah alat kedokteran. Antara lain, stetoskop, alat tensi manual dan elektrik, jarum suntik, alat cocor bebek, dan lampu berdiri. Ada juga sejumlah obat-obatan beragam jenis. Misalnya, satu dus calcium lactate, vitamin B-12, minyak zaitun, botol alkohol, obat luka, serta sejumlah obat herbal untuk menyuburkan dan memperkuat kandungan.

Setija mengungkapkan, obat-obatan itu selama ini digunakan untuk menangani pasien yang kebanyakan adalah pasutri yang sulit memiliki anak. "Persebarannya dari mulut ke mulut. Pengakuannya sih ada yang berhasil. Tapi, kami tidak menemukan. Justru ada yang gagal," ucapnya.

Kasus itu terungkap setelah Dwi, warga Pandugo, Rungkut, berobat kepada tersangka karena sudah sembilan tahun belum memiliki momongan. Dia datang untuk ikut program mendapatkan anak.

Kapolsek Wonokromo AKP Roman Smaradhana Elhaj menjelaskan, di sana korban menjalani operasi di bagian kewanitaan dengan biaya Rp 2 juta. Setelah operasi, dia diharuskan membeli obat-obatan di apotek berdasar resep yang diberikan. Resepnya pun sangat sederhana. Hanya selembar potongan kertas polos dan tertera tulisan tangan obat yang harus dibeli. "Nama dokter dan alamatnya juga ditulis tangan di bagian bawah. Manual sekali," ujarnya.

SURABAYA - Djuhari Prajogo, 56, termasuk nekad. Meski hanya lulusan SMA di kawasan Jalan Ambengan, warga Jalan Pulo Wonokromo 295 B itu berani mengaku

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News