Partisipasi Publik Indonesia dalam Pemilu Lebih Baik dari Negara Lain
jpnn.com, JAKARTA - Suksesnya pemilu tidak cukup hanya diukur dari besarnya partisipasi masyarakat dalam menyalurkan hak suara.
Peran masyarakat dalam aspek pengawasan juga amat penting, sehingga nilai demokrasi terjaga, dan pemilu benar-benar menghasilkan sosok yang bisa dipertanggungjawabkan.
Anggota Bawaslu Mochammad Afifuddin mengatakan Bawaslu menganggap partisipasi publik sebagai nyawa dalam proses pengawasan.
Dengan melibatkan banyak orang, potensi mencegah potensi pelanggaran akan semakin maksimal.
Menurutnya, Bawasalu tidak pernah berhenti bekerja sama dengan semua pihak, mulai dari mahasiswa, kementerian/lembaga pemerintah, tokoh adat, tokoh masyarakat, sampai tokoh agama.
"Dalam konteks pengawasan, aktor-aktor yang sudah bekerja sama, kami harapkan menjadi mitra atau pengawas partisipatif dalam tahapan pemilu atau pilkada," kata Afifuddin dalam webinar bertema Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Kehidupan Demokrasi, Kamis (12/8).
Dalam terminologi pemilu, partisipasi dipahami secara sederhana: orang datang ke tempat pemungutan suara (TPS), lalu menggunakan hak pilih.
Namun, Bawaslu ingin partisipasi juga dimaknai mendorong kelompok masyarakat terus menyuarakan hal baik dan mencegah hal buruk.
Data KPU menunjukkan meski dalam kondisi pandemi ada peningkatan partisipasi pemilih pada pemilihan 2020 dibandingkan pilkada 2015-2018.
- Pj Gubernur NTB Mangkir Dipanggil Bawaslu, Pengamat: Pejabat Seharusnya Memberi Contoh
- Begini Nasib Anggota Bawaslu Kepri Setelah Kedapatan Pakai Narkoba
- Komisi II DPR RI Dorong Revisi UU Pemilu di Awal Periode 2024-2029
- PDIP Menggugat KPU ke PTUN, Arief Poyuono Bakal Ajukan Gugatan Intervensi
- Hubungan dengan Rizky Irmansyah Dituding Rekayasa, Nikita Mirzani Sebut Nama Prabowo
- Pj Gubernur NTB Mangkir Pemeriksaan Bawaslu Terkait Acara Golkar