Pasar Properti Mulai Oversupply

Pasar Properti Mulai Oversupply
Pasar Properti Mulai Oversupply
Namun, dia meminta pengembang tidak latah seperti terlihat dalam pengembangan apartemen menengah di wilayah Serpong dan Bekasi. Semua mengklaim mempunyai pasar yang potensial. Tetapi, diperlukan kehati-hatian ketika pasokan makin banyak, sedangkan pasar tidak tumbuh seperti yang diharapkan. ''Fenomena apartemen biasanya muncul setelah harga tanah makin tinggi sehingga pengembang memilih hunian vertikal,'' tambahnya.

Kelatahan di sektor perhotelan terjadi di Bali sehingga pasar mulai jenuh. Aktivitas tersebut membuat harga tanah terkerek dan makin tinggi. Namun, itu ternyata tidak menyurutkan investor untuk membangun hotel meski secara investasi dipertanyakan tingkat kelayakannya. ''Terkadang tidak sinkron antara biaya pembangunan dan pengembalian investasi,'' sebutnya.

Indonesia Timur ternyata malah menunjukkan perkembangan positif. Namun, saat sebuah wilayah mempunyai potensi, biasanya fenomena latah kembali muncul dengan banyaknya investor yang ikut masuk ke sektor yang sama di wilayah yang sama. ''Waspada akan batasan limitasi pasar seharusnya menjadi pertimbangan sehingga pasar properti lebih sehat dan solid,'' jelasnya.

Sementara itu, penyaluran kredit ke sektor properti juga mengalami kontraksi. Bank Indonesia (BI) mencatat, pada periode Agustus 2014, pembiayaan properti tumbuh 15,7 persen menjadi Rp 526,5 triliun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Angka tersebut melambat bila dikomparasikan dengan Juli 2014 yang naik 17 persen (yoy).

JAKARTA - Pengembangan properti di beberapa kota besar mulai jenuh lantaran terjadi kelebihan pasokan (oversupply). Karena itu, pengembang harus

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News