Paul Krugman, Peramal Krisis Menerima Nobel Ekonomi
Selasa, 14 Oktober 2008 – 09:25 WIB

Foto : AP
Apa yang sesungguhnya terjadi? Dalam buku lain, The Great Unraveling (2004), Krugman menulis krisis dipicu oleh munculnya ekonomi balon (bubbles economy) yang disebabkan tujuh ulah investor global. Yaitu, berpikir jangka pendek (think short term), rakus (be greedy), dan percaya banyak orang lain yang bodoh (believe in the greater fool).
Lalu, ikut isyarat kerumunan (run with the herd), gampang menyederhanakan masalah (overgeneralize), suka mempropagandakan keyakinan (be trendy), dan bermain menggunakan uang orang lain (play with other people's money).
Di Indonesia, Krugman dikenal dekat dengan almarhum ekonom Sjahrir. Ciil, panggilan Sjahrir, pernah dua kali mengundang Krugman datang ke Indonesia untuk berceramah bersama, antara lain, Mari E. Pangestu. Dalam sebuah seminar, Krugman menyebut ekonomi Indonesia sulit maju karena hanya memaksimalkan keunggulan keringat, sedangkan potensi lain seperti sumber daya manusia dan alam belum tergali optimal.
Krugman dilahirkan di Long Island, New York, dan mempelajari ilmu ekonomi di Yale University. Dia memperoleh gelar doktor dari Massachusetts Institute of Technology pada 1977 sebelum bergabung dengan Princeton.
STOCKHOLM - Krisis ekonomi yang membuat negara-negara maju ''panas dingin'' mendorong panitia Nobel melirik Paul Krugman, 55. Profesor asal Princeton
BERITA TERKAIT
- Berulah di Medsos, Donald Trump Pamer Fotonya Berpose ala Paus Vatikan
- Sekjen PBB Tegaskan Serangan Israel Pelanggaran Terhadap Kedaulatan Suriah
- Uni Eropa Mendesak Israel Segera Cabut Blokade & Buka Akses Bantuan ke Gaza
- Dukung Pernyataan Menlu Sugiono, Wakil Ketua MPR: ICJ Harus Hentikan Kejahatan Israel
- Irlandia Desak Israel segera Buka Blokade ke Gaza
- 2 Mei 1945 dan Kisah Muslim Pahlawan Pengibar Bendera Palu Arit