Pecatan Satpam Menjambret Berkali-Kali, Akhirnya Jadi Begini

Pecatan Satpam Menjambret Berkali-Kali, Akhirnya Jadi Begini
Bima Agung Rahmadi (tengah) yang menjadi penjambret karena kesulitan mencari pekerjaan. Foto: Jawa Pos Radar Solo

jpnn.com - SOLO – Tekanan ekonomi memang bisa membuat orang bertindak nekat. Itulah yang terjadi pada Bima Agung Rahmadi (30), warga Kampung Gabudan, Kelurahan Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta.

Dia nekat melakukan menjambret sejak awal 2016. Hingga kini dia sudah puluhan kali beraksi.

Bapak dua anak itu nekat menjambret lantaran bigung mencari pekerjaan lain setelah dipecat dari pekerjaannya sebelumnya sebagai satuan pengamanan (satpam) salah satu toko pakaian di Kota Bengawan. Usahanya melamar ke berbagai tempat pun tak membuahkan hasil.

”Dulu satpam, terus tahun lalu dipecat. Mondar-mandi cari pekerjaan lain tidak ketemu, padahal anak istri butuh makan,” kata Bima saat dikeler polisi, Sabtu (10/12).

Bima mengaku sudah 20 kali beraksi di kawasan Solo, serta satu kali di wilayah Sukoharjo. Hasil rampasannya beragam. Mulai uang tunai yang jumlahnya ratusan ribu rupiah, hingga  handphone berbagai merek.

”Pernah sekali (menjambret, red) dapat Rp 750 ribu. Tapi paling banyak dapat uangnya Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu,” tuturnya.

Sedangkan ketika menjambret handphone, Bima menjualnya secara online. Uangnya sudah habis buat menghidupi anak-anak,” bebernya.

Tapi sepak terjang Bima terkuak terkuak ketika aksinya pada Minggu lalu (4/12) tepergok warga. Kala itu korban yang diketahui bernama Fanny Fadila Azhar, 24, warga Kecamatan Grogol, Sukoharjo, pulang selepas olahraga di kawasan car free day (CFD) Jalan Slamet Riyadi.

SOLO – Tekanan ekonomi memang bisa membuat orang bertindak nekat. Itulah yang terjadi pada Bima Agung Rahmadi (30), warga Kampung Gabudan,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News