Pekerja Konstruksi Melbourne Menggelar Unjuk Rasa Menentang Aturan Pembatasan COVID-19 dan Vaksinasi

Tadi malam, Tim Pallas mengatakan keputusan untuk menutup lokasi konstruksi di Melbourne, Ballarat, Geelong, Mitchell dan Surf Coast selama dua minggu merupakan tanggapan atas "ketidakpatuhan yang meluas" dalam industri tersebut.
Pemerintah juga mengutip "perilaku yang mengancam keselamatan di lokasi dan di jalan" sebagai alasan lain di balik keputusannya.
Pagi ini, Ketua CFMEU John Setka mengatakan yakin pengunjuk rasa yang turun ke jalan dan melakukan aksi kekerasan hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan anggota serikat pekerja.
"Ada beberapa anggota serikat dalam unjuk rasa itu, tetapi secara keseluruhan, mereka bukan yang paling banyak," katanya.
John mengatakan "pengunjuk rasa profesional" yang berkumpul di depan kantor CFMEU hari Senin kemarin adalah mereka yang terlibat dalam bentrokan dengan polisi di daerah Richmond akhir pekan lalu.
Dia mengatakan tindakan orang-orang yang sebagian besar justru bukan anggota serikat pekerja atau pekerja konstruksi ini telah menyebabkan ditutupnya industri tersebut.
"Kami telah menjaga industri ini agar berjalan dengan aman sejak COVID menyerang dan berusaha agar semua anggota kami bisa bekerja," katanya.
"Sekarang, berkat ulah segelintir 'orang bodoh yang mabuk', lebih dari 300.000 pekerja harus dirumahkan dua minggu ke depan. Sangat mengecewakan," katanya.
Puluhan orang ditangkap dalam unjuk rasa besar menentang 'lockdown' di Melbourne hari ini
- Dunia Hari Ini: Konklaf Hari Pertama Berakhir Dengan Asap yang Mengepul
- Dunia Hari Ini: Setidaknya Delapan Orang Tewas Setelah Serangan India ke Pakistan
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM