Pekerja Tak Berani Berkata 'Dibayar Rendah', Tunggu Majikan Dijerat Hukuman Berat

Pekerja Tak Berani Berkata 'Dibayar Rendah', Tunggu Majikan Dijerat Hukuman Berat
Fair Work Ombudsman memberikan layanan bantuan bagi pekerja di Australia, termasuk pekerja migran soal hak mereka di tempat kerja. (Foto: Facebook, Fair Work Ombudsman Australia)

Dari gerai 7-Eleven, Pizza Hut, sampai restoran milik mantan juri MasterChef Australia, George Calombaris, dan sekarang penyelidikan yang sedang dilakukan di restoran jejaring Subway, menambah daftar skandal pekerja restoran di Australia yang dibayar kurang dari semestinya.

Masalah pembayaran yang kurang oleh majikan, dengan sebutan 'wage theft' sebenarnya bukanlah hal yang baru di Australia.

Banyak pekerja yang masih menunggu agar pemilik restoran bisa dijerat hukum, tapi hingga saat ini yang bisa mereka lakukan hanya menyelesaikan masalahnya sendiri.

Salah satu caranya, sayangnya, adalah keluar dari pekerjaannya atau terpaksa mencari pekerjaan lain, yang belum tentu akan mendapat bayaran lebih tinggi. 

Anita, mahasiswi asal Indonesia di Western Sydney University, misalnya memilih keluar setelah pernah bekerja di sebuah restoran Asia di kota Sydney selama tiga bulan.

Ia baru datang ke Australia bulan Juni lalu dan pada awalnya ia tidak tahu jika upah yang diterimanya saat itu, yakni AU$ 10 atau kurang dari Rp 100.000 per jam, termasuk bayaran yang rendah.

Kepada ABC ia mengaku alasan ia bekerja di restoran itu karena hanya tempat itu yang mau menerimanya bekerja hanya di hari Senin dan tidak terlalu mempertimbangkan pengalaman kerja.

"Kebanyakan tempat butuh pengalaman minimal enam bulan, sedangkan waktu itu saya baru sampai di Sydney, sekitar setengah bulan," katanya.

Banyak pekerja yang masih menunggu agar pemilik restoran bisa dijerat hukum, tapi hingga saat ini yang bisa mereka lakukan hanya menyelesaikan masalahnya sendiri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News