Pelajaran yang Bisa Diambil Dari Unjuk Rasa Anti-Lockdown di Australia
Jika di Indonesia warga tidak merasakan dampak pembatasan aktivitas terhadap angka penularan, hal ini berbeda dengan di Australia.
"Mereka [warga Australia] tahu lockdown akan membantu karena pernah mengalami itu dan efektif. Mereka kembali pada kehidupan normal," katanya.
Justru, menurutnya warga Australia yang terlibat demonstrasi "belum melihat urgensi" dari 'lockdown'.
"Mereka masih percaya ada intervensi yang pemerintah bisa lakukan dan optimalkan dan sebelumnya efektif melindungi mereka," kata dr Dicky.
Wacana yang beredar di Australia saat ini adalah hingga kapan Australia bisa terlepas dari 'lockdown' jika kasus penularan masih terbilang sedikit dibandingkan negara lain.
Tapi dr Dicky mengatakan kebanyakan pengunjuk rasa akhir pekan kemarin adalah mereka yang percaya dengan teori konspirasi COVID-19 dan keenganan untuk mendapat vaksinasi.
"Kalau melihat konteks Australia, saya melihat ada orang yang memang penganut teori konspirasi, hoaks segala macam," katanya.
Intervensi yang dimaksudkan antara lain penguatan tes, pelacakan, dan vaksinasi sehingga dapat menghindari 'lockdown'.
Sejumlah warga Indonesia di Australia sedih dan kecewa dengan unjuk rasa terkait COVID akhir pekan kemarin
- Vina Setelah 8 Tahun: Cerita yang Belum Selesai
- Dunia Hari Ini: Sekolah Milik PBB Diserang Israel, 40 Warga Palestina Tewas
- Ribuan Orang Melakukan Unjuk Rasa Menolak Tabungan Perumahan Rakyat
- Dunia Hari Ini: Politisi Inggris Disiram Milkshake Saat Berkampanye
- Dunia Hari Ini: Modi Klaim Menang Pemilu India, tetapi Tak Sesuai Harapan
- Western Australia Week 2024: Merayakan Keunggulan Budaya, Pendidikan, dan Kuliner di Indonesia