Pelaku Industri Sawit Incar Pasar Afrika dan Timur Tengah
Gapki pun memprediksi, produktivitas kelapa sawit pada 2018 naik sekitar sepuluh persen dampak dari pemulihan pasca La Nina.
Togar menyatakan, peningkatan produksi dapat dipengaruhi curah hujan yang cukup panjang pada tahun lalu.
”Sawit itu membutuhkan air. Normalnya 2.400 ml per tahun. Jadi, kalau angka itu tercapai, kemungkinan produksi akan naik seperti normal,” ujarnya.
Kenaikan kinerja industri sawit pada 2017 disokong tingginya permintaan dari beberapa negara utama sasaran ekspor minyak sawit Indonesia.
Togar menyebutkan, hampir semua negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia mencatatkan kenaikan permintaan.
Pembukaan pasar baru serta menjaga pasar yang telah ada pun dinilai dapat menumbuhkan ekspor.
Pertumbuhan penduduk dunia dinilai akan meningkatkan kebutuhan minyak sawit. Namun, produksi minyak nabati lain juga akan memengaruhi ekspor.
Togar menuturkan, para pengusaha bahkan siap melakukan ekspansi pada 2018. Salah satunya dengan mengembangkan bisnis ke Afrika dan Timur Tengah.
Produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) berdasar data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) pada 2017 mencapai 38,17 juta ton.
- Catatan Ketua MPR: Mencermati Dampak Eskalasi Ketegangan di Timur Tengah
- Konflik Timur Tengah: Pemerintah Diminta Cari Alternatif Pasokan Minyak dari Negara Lain
- Begini Strategi Awal PalmCo Pasca-Efektif KSO & Kelola Perkebunan Sawit Terluas di Dunia
- Kondisi Ekonomi Indonesia Masih Kuat Hadapi Dinamika Geopolitik Timur Tengah
- Forwatan Gelar Aksi Sosial Bareng 3 Asosiasi Hilir Sawit
- Cegah Dampak Konflik Timur Tengah pada Indonesia, Pemerintah Harus Siapkan Langkah Cepat