Pelangi Bangkit

Oleh: Dahlan Iskan

Pelangi Bangkit
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - LASKAR PELANGI lagi berduka –sedih, gundah, masygul, malu, dan haru.

Itu saya rasakan ketika berada di Belitong, Selasa-Rabu lalu (lihat Disway kemarin). Saya pun tiba-tiba ingin menemui Bu Muslimah. Saya bayangkan betapa sedih ibu guru asli di Laskar Pelangi itu.

Pelangi Bangkit

Baca Juga:

Maka saya selesaikan cepat-cepat tugas utama saya ke Belitong. Agar tidak terlalu sore ke rumah Bu Muslimah yang jauh. Di Gantung.

Saya juga masih harus ke Manggar. Semua itu di Belitong Timur. Lalu harus balik lagi ke Tanjung Pandan: makan malam dengan teman-teman di Belitong Ekspres, di ujung barat pulau.

Di Gantung, tentu, saya harus mampir ke lokasi replika SD Muhammadiyah yang menjadi fokus di film Laskar Pelangi. Yang dindingnya kayu. Yang dibuat seperti aslinya: reyot.

Baca Juga:

Meski jauh, jalan raya timur-barat Belitong mulus sekali. Orang di sana menyebutnya jalan tol Belitong. Lalu-lintas sedikit. Lengang.

Menjelang senja saya sudah tiba di rumah Bu Muslimah. Ada halaman. Rumput di halaman itu terawat rapi. Saya pilih duduk-duduk di atas rumput itu. Santai, apalagi menjelang senja.

Pantas mereka jadi legenda hidup Belitong, apalagi Laskar Pelangi menjadi film terlaris di Indonesia. Sepanjang masa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News