Pembakaran Rumah Kampung Pemasang Ranjau

Pembakaran Rumah Kampung Pemasang Ranjau
Saksi hidup pembantain yang dilakukan Belanda di Malang Prada Yasman. FOTO: Gunawan Sutanto/JAWA POS

Siksaan yang dialami Jasman ternyata bukan itu aja. Dia juga mengaku pernah dipaksa meminum air sangat banyak hingga perutnya penuh lalu diinjak perutnya hingga air keluar lagi. ’’Kami juga dipenjara dalam sebuah ruang berukuran 1,5 meter persegi. Kurungan dan siksaan itu hingga 13 bulan lamanya,’’ kata Jasman.

 

Dalam dokumen dan data yang dimiliki peneliti, Max Van Der Werff disebutkan penyerangan itu dilakukan karena Belanda curiga penduduk Sutojayan memasang sejumlah ranjau. ’’Saya mendapatkan dokumen dan wawancara langsung terhadap keluarga tiga marinir Belanda yang menolak perintah membakar dan mengeksekusi penduduk di desa tersebut,’’ ujar Max yang ikut ekspedisi bersama Jawa Pos.

Tiga marinir yang menolak perintah itu akhirnya diadili dan dijatuhi hukuman di negerinya, Belanda. Max pun menuliskan apa yang dialami ketiga marinir itu dari cerita keluarganya.

Sayangnya tragedi kemanusian seperti kasus-kasus di atas justru dibiarkan tertumpuk dengan sejumlah problematikan baru di negeri ini. Padahal persoalan ini di negeri Belanda serius dibahas, baik oleh media, peneliti maupun LSM.

Pasca kejadian Rawagede, banyak pengiat sejarah Belanda yang menelusuri kejadian-kejadian serupa di daerah lain. Mereka berharap Belanda mengakui dan melakukan permintaan maaf seperti halnya di Rawagede.

Pengakuan dan permintan maaf itu diharapkan bisa menjadi trigger untuk rekonsiliasi hubungan yang kedua negara. Itu juga yang dilakukan televisi NCRV yang bersama melakukan ekspedisi ke lokasi-lokasi di atas. Sejumlah kejadian kemanusian itu kini masih tengah diperjuangkan Komite Utang Kehormatan Belanda (K.U.K.B) di Belanda.(gun)

PERGOLAKAN yang terjadi semasa Agresi Militer I dan II yang tidak hanya terjadi di Jawa Tengah. Di sejumlah daerah di Jawa Timur seperti Malang dan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News