Pembenihan Padi Hibrida Masih Bergantung Asing
Rabu, 12 Oktober 2011 – 17:53 WIB

Pembenihan Padi Hibrida Masih Bergantung Asing
JAKARTA - Direktur Utama PT Sang Hyang Seri (SHS), Edi Budiono mengatakan pembenihan padi Hibrida masih bergantung dengan asing. Pasalnya, galur betina atau CMS (Crop Male Sterille) yang merupakan tanaman yang bunga jantannya steril belum bisa diproduksi di Indonesia. Meski pembenihan padi hibrida masih bergantung dengan negara lain, Bambang Budianto mengatakan program itu harus dikawal untuk swasembada beras dengan mencapai surplus beras 10 juta ton tahun 2014. "Program padi hibrida tetap akan dilanjutkan. meskipun tetua CMS belum bisa diproduksi di Indonesia," katanya.
"Kita masih tergantung teknologi dari luar untuk pembenihan," kata Edi Budiono pada acara panen benih hibrida SL 8 SHS Produksi PT Sang Hyang Seri (Persero) di Areal Cabang Khusus Sukamandi, Subang Kantor Regional I Wilayah Jawa Barat, Rabu (12/10). Turut pula, rombongan Komisi IV DPR yang dipimpin M Romahurmuziy (ketua), Herman Khaeron (wakil ketua) dan Direktur Pembenihan Kementriah Pertanian (Kementan), Bambang Budianto.
Baca Juga:
Edi menjelaskan untuk memproduksi benih padi hibrida ini, pihaknya mengajak negara berkolaborasi, seperti Filipina, Belgia, India, dan China. Ia mencontohkan, untuk varietas WM 1 dan WM 2, PT SHS yang tercatat sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bekerjasama dengan Filipina.
Baca Juga:
JAKARTA - Direktur Utama PT Sang Hyang Seri (SHS), Edi Budiono mengatakan pembenihan padi Hibrida masih bergantung dengan asing. Pasalnya, galur
BERITA TERKAIT
- World Safety Day 2025: IWIP Perkuat Budaya K3 di Lingkungan Kerja
- Manfaatkan Fasilitas SKA, Beragam Produk Asal Majalengka Tembus Pasar Mancanegara
- Lippo Karawang Siapkan Hunian dan Komersial Terbaru, Cek di Sini Harganya
- Peluncuran COCOBOOST di Ajang Mizone Active Zone Seru
- Investasi di Bidang SDM Bikin Bank Mandiri Raih Predikat Champion of the Year dan 12 Penghargaan Bergengsi
- Bea Cukai Gagalkan Distribusi Rokok Ilegal Senilai Hampir Rp 2 Miliar, Ini Kronologinya