Pemerintah Mengenjot Produktivitas Pangan dengan Rekayasa Genetika

Pemerintah Mengenjot Produktivitas Pangan dengan Rekayasa Genetika
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, yang sekaligus Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menghadiri rapat pembahasan Pengendalian Inflasi dengan Seluruh Kepala Daerah, yang dilakukan secara hybrid dengan metode luring dan daring. Rapat dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta, Senin (12/9). Foto: Setpres RI

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah mendorong penggunaan rekayasa genetik (GMO) untuk produk pertanian.

“GMO bisa untuk semua produk pertanian, bukan cuma jagung tetapi beras dan termasuk kedelai. Ini yang kami kemarin dalam Ratas (rapat terbatas) sudah meminta. Karena ini hanya butuh peraturan dari Menteri Pertanian sehingga kami akan terus dorong sehingga produktivitas terus meningkat,” kata Airlangga Hartarto di Jakarta, Selasa (13/9/2022).

Pada kesempatan lain, dia menjelaskan jika dengan bibit biasa, panen jagung hanya bisa 5-6 ton, namun dengan GMO mencapai 12-13 ton. Lagi pula produk pangan seperti kedelai yang diimpor umumnya menggunakan produk GMO.

Ketahanan pangan bukan saja menjadi prioritas namun target untuk kesejahteraan dan pemerataan,” kata Ketua Umum Partai Golkar ini.

Untuk itu pemerintah juga mendorong diversifikasi pangan lokal untuk menurunkan ketergantungan dari impor gandum.

“Hampir 25 persen kebutuhan masyarakat sudah meningkat untuk noodle dan roti, yang perlu kita lakukan diversifikasi, salah satunya mencoba menanam untuk sorgum, kedua mendorong penanaman tapioka untuk makanan dan ketiga pemanfaatan kembali tepung sagu untuk kue kue. Tentu kita berikan insentif untuk hal-hal tersebut,” kata Airlangga.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mencatat konsumsi beras di masyarakat turun, gantinya adalah konsumsi gandum, bukan pangan lokal.

“Pangan lokal turun, beras turun, kita semua tahu jawabannya, mi instan, itu cadangan pangan kita. Dan pertumbuhan impor gandum 16,5 persen per tahun. Itu jawabannya, diversifikasi pangan. Ini jadi catatan penting gimana menjawab isu kedepan,” kata Andreas.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah mendorong penggunaan rekayasa genetik (GMO) untuk produk pertanian.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News