Pemprov Jabar dan Danone Indonesia Kejar Target Penurunan Stunting

Pemprov Jabar dan Danone Indonesia Kejar Target Penurunan Stunting
Vice President General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh Sugijanto. Foto tangkapan layar

Prof. DR. Dr. Damayanti R. Sjarif, Sp.A (K), Ketua Pokja Antropometri Kementerian Kesehatan dan Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi & Penyakit Metabolik RSCM menuturkan kekurangan gizi kronik merupakan akibat asupan nutrisi yang tidak memadai.

Misalnya karena kemiskinan, penelantaran atau ketidaktahuan, dan peningkatan kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi akibat sering sakit.

“WHO menegaskan bahwa stunting sulit ditatalaksana tetapi pencegahan sangat dapat diupayakan,” jelas Prof. Damayanti.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan asupan protein hewani (sumber asam amino esensial yang lengkap dengan bioavailabilitas tinggi) dalam MPASI anak berusia 6-24 bulan merupakan penyebab tingginya angka kejadian stunting di 49 negara.

Sumber protein hewani adalah telur, ikan, ayam, daging sapi/kambing, susu termasuk Pangan untuk Keperluan Medis Khusus.

Penelitian di Equador membuktikan bahwa konsumsi tambahan sebutir telur sehari selama 6 bulan dapat menurunkan stunting sekitar 47%.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh WHO juga menunjukkan bahwa intervensi segera pada seorang anak yang mengalami weight faltering (kenaikan berat badan per bulan di bawah standar) dapat mencegah stunting 34% di usia 1 tahun dan 24% di usia 2 tahun.

“Berdasarkan bukti ilmiah di atas, dibuatlah strategi untuk menurunkan prevalensi stunting dan terpenting memberi kesempatan untuk mengoreksi kognitif sebelum 2 tahun dengan cara mensosialisasikan konsumsi protein hewani dalam MPASI anak 6-24 bulan dengan protein yang tersedia setempat dan terjangkau," sebutnya.

Untuk mencapai target penurunan stunting tersebut tidak bisa sendiri, namun dibutuhkan kolaborasi multipihak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News