Penambang di Mimika Ditemukan Gunakan Merkuri
Sabtu, 28 April 2012 – 00:47 WIB
Kata Deda, kedua bayi yang lahir dari ibu yang berbeda itu menunjukkan gejala yang sama. Yakni, setelah sang ibu melahirkan anak, empat hari kemudian, baru ari-ari atau plasenta bayi keluar. Namun ari-ari yang keluar itu dalam keadaan hancur.
“Itu laporan yang kami terima dari kepala kampung, bahwa kejadian seperti itu sebelumnya tidak pernah terjadi. Tetapi menurut kepala kampung itu terjadi setelah adanya penggunaan merkuri di sana,” tandas Deda.
Sehubungan dengan laporan tersebut di lapangan, pihaknya langsung melakukan sosialisasi tentang dampak penggunaan merkuri tersebut terhadap kesehatan. Sekaligus menghimbau kepada aparat kampung, tokoh masyatakat yang ada di kampung-kampung tersebut, agar tidak lagi menggunakan merkuri. Karena dampaknya sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, lingkungan maupun biota laut.
erkait laporan yang diperoleh dari lapangan, kata Deda pihaknya sudah menyampaikan ke pimpinan Distamben. Selanjutnya pimpinan sudah melaporkan temuan tersebut ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) selaku instansi terkait. Sebab tugas Distamben hanya sebatas mengawasi prosedur penambangan.
TIMIKA - Pendulang di daerah pesisir pantai Kabupaten Mimika, tepatnya di Kampung Umar Ararau, Distrik Mimika Barat Jauh, dan Kampung Kipia, Pronggo
BERITA TERKAIT
- Aksi Heroik Polantas di Pekanbaru Selamatkan Buruh Tersengat Listrik Bertegangan Tinggi
- Terseret Arus Sungai Amprong Kota Malang, 2 Anak Perempuan Meninggal Dunia
- Tekan Kecelakaan, Ditlantas Polda Riau Meluncurkan Program 'Bung Selamat'
- 4 Jemaah Haji Asal Jawa Barat Meninggal Dunia di Tanah Suci
- Dispora Solo Dapat Alokasi Dana Hibah UEA Rp 55,1 Miliar
- Bocah Hilang Tenggelam di Sungai Kuala Anak Mandah, Basarnas Bergerak