Pendatang di Ilaga Papua Mengungsi, Trauma Mendengar Bunyi Senjata Setiap Hari

Pendatang di Ilaga Papua Mengungsi, Trauma Mendengar Bunyi Senjata Setiap Hari
Warga mengungsi dengan penjagaan aparat keamanan di Bandara Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua, Selasa (1/10). Sevianto Pakiding/wpa/ama/Antara Foto.

Menurut dia, warga luar Papua yang selama ini bermukim di Ilaga biasanya bekerja sebagai aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Puncak, berdagang, atau membuka usaha. Ada pula yang menjadi tukang ojek atau buruh bangunan.

Warga luar Papua di Ilaga kebanyakan berasal dari Sulawesi Selatan (Suku Toraja dan Bugis-Makassar), sebagian lagi berasal dari Maluku dan Nusa Tenggara Timur.

"Kami mau pulang kampung dulu ke Toraja, kalau situasi di Ilaga sudah aman baru kami kembali ke sana. Memang sekarang aparat terus didatangkan ke Ilaga untuk mengamankan masyarakat di sana," tutur Fredy.

Berdasarkan data yang dihimpun Antara, di Bandara Mozes Kilangin Timika, sejak 27 September hingga 4 Oktober 2019 jumlah pengungsi asal Wamena dan Ilaga yang tiba di Timika sebanyak 776 orang, 316 orang dari Wamena dan 286 orang dari Ilaga.

Pada Sabtu pagi sebanyak 40 orang pengungsi dari Wamena tiba di Timika menggunakan penerbangan pesawat Hercules TNI AU, dua di antaranya anak-anak.

Para pengungsi Wamena tersebut sebagian ditampung sementara di Gedung Tongkonan milik IKT Mimika dan sebagian lagi ditampung di Sekretariat Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB) Mimika. (antara/jpnn)

Rata-rata warga pendatang tidak mau bertahan di Ilaga, karena takut menjadi korban atau sasaran tembak.


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News