Penderita Buta Aksara Tersisa 8,3 Juta
Jumat, 21 Oktober 2011 – 23:32 WIB
"Tidak ada alasan ke depan anak bangsa tidak mengenal aksara sebagai bagian dari komunikasi dengan masyarakat. Medianya memang harus dikembangkan lagi karena seseorang mau belajar itu kalau dia merasa mendapatkan kemanfaatan langsung,” jelasnya.
Terkait sistem evaluasi, Mendikbud menjelaskan, evaluasi dilakukan tidak hanya dari sisi kuantitatif kognitif semata, tetapi juga terkait dengan kualitas hidup dari masyarakat. "Justru yang lebih didorong lagi yaitu dari sisi kepribadian, kekayaan intelektual, kekayaan budaya dan seterusnya,” imbuhnya.
Di tempat yang sama, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) Kemdikbud Hamid Muhammad melaporkan, hingga 2010, angka buta aksara nasional tinggal 4,79 persen atau sekitar 8,3 juta orang. Capaian ini, kata dia, merupakan prestasi tersendiri bagi Indonesia karena mampu melampaui target pendidikan untuk semua (PUS) atau education for all (EFA).
EFA menargetkan penurunan angka tuna aksara usia 15 tahun ke atas hingga tersisa setengahnya dari sepuluh persen atau 15,4 juta orang menjadi sekitar lima persen atau 7,7 juta pada 2015. "Insya Allah pada tahun ini kita akan berupaya memelekaksarakan sekitar 555 ribu orang penyandang tuna aksara," katanya. (cha/jpnn)
JAKARTA—Memberikan pembelajaran keaksaraan bagi penduduk usia di atas 50 tahun tidaklah mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan dan terobosan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Keren, 36 Siswa SMA Labschool Cirendeu Diterima Kampus Terbaik Dunia
- Kipin Dinobatkan Sebagai Salah Satu Perusahaan EdTech Top Dunia 2024
- Green Smart Leaders Menampilkan Proyek Daur Ulang Inovatif Siswa SMA
- Sekolah Cendekia Harapan Gandeng Kreats Siapkan Generasi Melek Data
- 150 Satuan Pendidikan Vokasi Ikut Business Matching, 29 Perusahaan Buka Peluang
- Lewat Seminar Motivasi, Astra Meluncurkan Program Pembinaan di Lebak