Peneliti Beberkan Fakta Mengejutkan soal Food Estate & Kebutuhan Pangan Dunia

Peneliti Beberkan Fakta Mengejutkan soal Food Estate & Kebutuhan Pangan Dunia
Presiden RI Joko Widodo saat berada di Food Estate, di Kabupaten Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah terus diperkuat. Foto: Hortikultura

Kawasan di Kalimantan Tengah misalnya yang ditargetkan seluas 82.778 hektare pada 2023 ini tidak semuanya untuk pangan seperti padi saja.

"Namun, terdapat kawasan perkebunan dan kawasan hortikultura. Kemudian, usaha tani sistem terpadu atau integrated farming tersebut juga memuat ternak, seperti contohnya, di lahan rawa ada ternak bebek. Sehingga, pendapatan masyarakat akan terbantu," jelas Susilawati.

Susilawati pun menegaskan anggapan lahan Food Estate hanya mengandung monokultur tidaklah benar.

Menurutnya, jenis tanaman yang ditanam di lahan Food Estate sangat ditentukan oleh kondisi lahan yang tersedia. Dalam hal ini, program Food Estate diarahkan untuk menciptakan keberlanjutan produksi pertanian dan memperhatikan keberagaman jenis tanaman yang ditanam.

"Jadi memang sudah ada pembagian wilayahnya, karena untuk menanam pun harus mengerti agroekosistem pada lingkungan. Tidak bisa sembarang dan memaksakan untuk ditanam jenis tertentu kalau memang tidak cocok. Mungkin itu yang membuat seolah FE (Food Estate) ini seolah terlihat monokultur, tidak, ini sudah integrated farming", tutupnya.

Pasokan pangan ke depan diprediksi akan semakin sulit karena adanya pandemi COVID-19, perubahan iklim dan ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina.

Dunia dihantui oleh krisis pangan global yang tercermin dari naiknya jumlah penduduk global yang masuk dalam kategori rawan pangan dari semula 135 juta orang pada 2019 menjadi 276 juta orang pada 2022 (PBB, 2022).(mcr10/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!

Peneliti BRIN menilai food estate merupakan program yang sangat dibutuhkan demi menciptakan kestabilan pangan nasional.


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News