Peneliti Indonesia Paparkan Perkembangan Riset Pengurangan Bahaya Tembakau di Manila

Peneliti Indonesia Paparkan Perkembangan Riset Pengurangan Bahaya Tembakau di Manila
Tembakau kering yang menjadi bahan baku rokok. Foto/ilustrasi: Ara Antoni/JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Masalah prevalensi merokok di Indonesia dan dampaknya terhadap kesehatan, khususnya gigi dan mulut, mendorong adanya riset pengurangan bahaya tembakau yang memanfaatkan produk tembakau alternatif.

Salah satunya seperti rokok elektrik atau vape dan produk tembakau yang dipanaskan, yang ditujukan bagi perokok dewasa, yang mengalami kesulitan untuk berhenti merokok.

Riset tersebut mencakup uji laboratorium (laboratory studies), survei, studi observasi, uji klinis (clinical trials), dan tinjauan sistematis.

Beberapa studi yang sudah dilakukan yakni analisis kuantitatif kandungan e-liquid vape dan tembakau dari produk tembakau yang dipanaskan, studi cross-sectional, yang mengevaluasi hasil sampel dari para subjek penelitian, yaitu sel mikronukleasi dari swab bukal (buccal) perokok vs. pengguna vape, survei profil dan pola penggunaan vape.

Kemudian pemeriksaan gingivitis pada perokok vs, pengguna vape, dan tinjauan sistematis mengenai efektivitas dan profil keamanan produk tembakau alternatif.

“Dari hasil studi tersebut, kami menyimpulkan terdapat perbedaan profil risiko vape dan produk tembakau yang dipanaskan dibandingkan dengan rokok konvensional, yaitu risiko dari kedua produk tembakau alternatif ini lebih rendah daripada rokok terhadap kesehatan,” ujar Peneliti dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran (FKG Unpad), Amaliya dalam PCOMS 46th National Conference di Manila, Senin (20/3).

Hasil studi juga menunjukkan produk tembakau alternatif memiliki peran potensial dalam membantu mengurangi kebiasaan merokok bagi perokok aktif yang sulit berhenti merokok dengan metode konvensional.

Selain itu, studi tersebut juga dijadikan sebagian acuan untuk evaluasi dampak dalam jangka panjang, keamanan, dan efektivitas produk tembakau alternatif untuk menyusun kebijakan pengurangan bahaya tembakau.

Riset tersebut juga dapat membandingkan karakteristik perilaku merokok di Indonesia dan Filipina.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News