Pengamat: Ada Tangan Elite di Kalender Komunis

Pengamat: Ada Tangan Elite di Kalender Komunis
Ilustrasi. Foto: Rakyat Kalbar

jpnn.com - PONTIANAK – Beredarnya kalender bergambar palu arit di Sekadau dan Singkawang membuat banyak pihak resah. Sebab, palu arit merupakan lambang PKI yang sudah dilarang di Indonesia.

Pengamat Hukum dan Politik Universitas Tanjungura (Untan) Pontianak Firdaus mengatakan, persoalan ini tidak bisa dianggap remeh dan dipandang dari satu sisi saja.

Terlepas disengaja atau tidak, masuknya kalender impor itu ke Singkawang, terdapat satu potensi masalah besar yang selama ini memang sudah ada. Yakni upaya melakukan dominasi etnis Tiongkok di sana.

Dalam konteks yang lebih luas, Firdaus menilai terdapat tangan-tangan oknum elite atau tokoh-tokoh Tiongkok di Singkawang yang selama ini mencoba "menggeser" kepentingan politik nasionalis menjadi kepentingan politik kelompok.

Belakangan ini, dia memandang perkembangan kebudayaan Tiongkok di Singkawang cukup luar biasa. Bahkan sejak beberapa tahun silam. Hal ini tentu dianggap positif, jika masih dalam batas-batas kewajaran. Apalagi Indonesia sangat memberikan ruang untuk itu.

 “Dulu orang-orang Tiongkok pada masa orde baru diusahakan untuk diasimilasikan. Dalam artian, mereka masuk ke dalam tubuh bangsa Indonesia. Setelah reformasi, dari asimilasi kemudian menjadi integrasi. Kesukuan mereka diakui, huruf-huruf aksara Tiongkok dapat diedarkan,” kata Firdaus kepada Rakyat Kalbar, Sabtu (2/7).

Namun seiring berjalannya waktu, adanya oknum elite yang tidak puas. Sengaja mendorong agar etnik dapat lebih dominan dengan tujuan kepentingan praktis? Dalam konteks global, kata Firdaus, orientasi budaya yang tumbuh dan kemudian diorbitkan, dengan cara menghimpun diri, yang pada gilirannya seolah terpisah dari bangsa Indonesia. (rk/jos/jpnn)


PONTIANAK – Beredarnya kalender bergambar palu arit di Sekadau dan Singkawang membuat banyak pihak resah. Sebab, palu arit merupakan lambang


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News