Pengamat: Ada yang Ingin Jauhkan Jokowi dari Umat Islam
jpnn.com, JAKARTA - Peristiwa pembakaran bendera menyerupai bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Limbangan, Garut, Jawa Barat pada peringatan Hari Santri Nasional, 22 Oktober lalu, sudah berlalu lebih dari dua minggu.
Aparat kepolisian juga sudah menetapkan tersangka terkait peristiwa tersebut. Namun, pihak-pihak tertentu terkesan masih terus mempolitisasinya sedemikian rupa.
Menurut pengamat politik Afriadi Rosdi, kemungkinan tujuannya untuk menjauhkan calon presiden petahana Joko Widodo dari pemilih muslim.
"Saya kira sampai sekarang kelompok tertentu masih terus berusaha mengeksplorasi isu itu," ujar Afriadi kepada JPNN, Senin (5/11).
Menurut Ketua Pusat Kajian Literasi Media ini, meski masih terus dicoba, kelompok tersebut sepertinya membentur tembok tebal. Pertama, karena kuat dugaan bendera yang dibakar merupakan milik HTI, meski ada pihak yang membantahnya.
"Kondisi ini saya kira menjadi penilaian masyarakat. Karena HTI telah dinyatakan sebagai ormas yang bertentangan dengan Pancasila dan semangat NKRI," ucapnya.
Kedua, ormas Islam terkemuka di Indonesia seperti NU dan Muhammadiyah, kata Afriadi, tidak sepakat dengan perjuangan HTI.
Ketiga, pelakunya adalah Banser, dan niatnya disebut bukan untuk menghina kalimat Tauhid, tapi sekadar membakar bendera HTI agar tidak terinjak-injak.
Peristiwa pembakaran bendera menyerupai bendera HTI terus dieksploitasi kelompok tertentu. Ada hubungannya dengan Presiden Jokowi
- Mendagri Tito Maklumi Gibran Tak Hadiri Acara Penting Ini
- Malam-malam, Prabowo-Gibran Temui Jokowi di Istana
- Tip Bisnis dari Sri Agustin, Nasabah PNM Mekaar yang Dipuji Jokowi
- Airlangga Hartarto: Bagi Kami, Pak Jokowi dan Mas Gibran Sudah Masuk Keluarga Besar Golkar
- Aset Kripto di LHKPN 2 Pejabat Bidang Keuangan Mencurigakan, KPK Bergerak
- Jokowi Hormati Putusan MK: Saatnya Bersatu, Bekerja, Membangun Negara Kita