Pengamat Ekonomi IPB: Swasembada Beras Era Amran Lebih Fenomenal

Pengamat Ekonomi IPB: Swasembada Beras Era Amran Lebih Fenomenal
Mentan Amran inspeksi langsung stok beras di Gudang Beras Bulog (GBB) Telukan Divre Surakarta, dan stoknya berlimpah. Foto: Kementan

"1984 jelas lah, kalau dulu Pak Presiden Soeharto gak ada impor, perbedaannya disitu yang sangat mencolok. Kalau dulu kita swasembada yaa benar-benar swasembada murni, kalau sekarang harga juga harus stabil memang, harus diakuin lah, Mentan Amran juga banyak berperan dalam stabilitas harga pangan," imbuhnya

Belum lagi, dari aspek jumlah penduduk yang lebih besar dari 1984, jumlah stok beras saat ini lewat skema Upsus (upaya khusus) Pajale dan pertanamanan tumpang sari dengan komiditas perkebunan, yang menurut Gandhi menjadi kunci keberhasilan Mentan Amran.

"Bisa seperti itu, kalau tumpang sari ini kan sudah lama sebenarnya yaa, bagaimana di ladang petani bisa tanam bermacam-macam. Tapi ini dibuat ke dalam sistem produksi sekarang, ini bagus menurut saya karena banyak, hampir semua program sekarang kan metodenya tumpang sari beberapa komoditas," tutur Gandhi. "Nah ini harus bisa terus dilanjutkan kembali, karena sekali nanam dapatnya banyak," tambahnya.

Sebagai perbandingan data, swasembada era 1984, produksi beras Nasional 25,8 juta ton, konsumsi beras nasional 27 juta ton per tahun, dan masih ada impor beras 414.000 ton, untuk konsumsi penduduk 164 juta jiwa. Sementara swasembada 2019, dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini 267 juta jiwa dan konsumsi beras secara nasional 32,4 juta ton per tahun, pemerintah mampu produksi beras nasional 34.9 juta ton, dan tidak melakukan impor sepanjang tahun 2019. Selain itu, cadangan stok beras di Bulog saat ini mencapai 2,5 juta ton dan masih akan terus bertambah. (jpnn)

Swasembada beras di era Mentan Andi Amran Sulaiman dinilai relatif stabil dan lebih fenomenal.


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News