Pengamat: Hentikan Feodalisme Sistem Pendidikan di Indonesia

Pengamat: Hentikan Feodalisme Sistem Pendidikan di Indonesia
Pengamat dan Praktisi Pendidikan Muhammad Nur Rizal yang juga pendiri GSM. Foto: tangkapan layar YouTube

Hal ini diperkuat data dari World Economic Forum bahwa 36 persen dunia kerja dan industri akan didominasi pekerjaan yang membutuhkan kualifikasi untuk memecahkan persoalan yang kompleks.

Sekitar 90 persen kompetensi yang harus disiapkan oleh generasi mendatang adalah penguasaan di aspek softskill dan karakter, bukan konten akademik.

"Akademik yang dibutuhkan ke depan adalah jenis pekerjaan yang memerlukan kemampuan penalaran dan teknik analisis untuk keperluan data saintis dan kecerdasan buatan," jelasnya.

Nur Rizal menawarkan kompas perubahan yang bertujuan menggeser paradigma standarisasi akademik menuju manusia seutuhnya (wellbeing). Kompas perubahan GSM tersebut antara lain adalah perubahan budaya feodalisme menuju budaya yang memerdekakan dan memberdayakan. 

"Dengan perubahan ekosistem ini, guru memiliki ruang dan kesempatan untuk membuat kurikulum sekolah yang lebih dibutuhkan siswa dan kontekstual," terangnya.

Selain ekosistem, tambahnya, kompas perubahan harus terjadi dari penguasaan materi ke penalaran dan analisis. Guru yang tadinya hanya mengajar kurikulum ke guru yang memfasilitasi pengembangan individu. Juga dari ekosistem kompetisi ke ekosistem kolaborasi dan sharing. (esy/jpnn)

 

 

Pengamat dan praktisi pendidikan dari UGM Muhammad Nur Rizal menilai sistem pendidikan di Indonesia yang feodal bisa dihentikan lewat seni budaya.


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News