Pengusaha Kecelakaan yang Sukses

Pengusaha Kecelakaan yang Sukses
Sandiaga S. Uno.
Dia kemudian menggandeng rekan sekolah semasa SMA, Rosan Roeslani, mendirikan PT Recapital Advisors. Pertautan akrabnya dengan keluarga Soeryadjaja membawa Sandi mendirikan perusahaan investasi PT Saratoga Investama Sedaya bersama anak William, Edwin Soeryadjaja. Saratoga punya saham besar di PT Adaro Energy Tbk, perusahaan batu bara terbesar kedua di Indonesia yang punya cadangan 928 juta ton batu bara.

Bisa dibilang, krisis membawa berkah bagi Sandi. ’’Saya selalu yakin, setiap masalah pasti ada solusinya,’’ katanya. Sandi mampu ’’memanfaatkan’’ momentum krisis untuk mengepakkan sayap bisnis. Saat itu banyak perusahaan papan atas yang tersuruk tak berdaya. Nilai aset-aset mereka pun runtuh. Perusahaan investasi yang didirikan Sandi dan kolega-koleganya segera menyusun rencana. Mereka meyakinkan investor-investor mancanegara agar mau menyuntikkan dana ke tanah air. ’’Itu yang paling sulit, bagaimana meyakinkan bahwa Indonesia masih punya prospek.’’

Mereka membeli perusahaan-perusahaan yang sudah di ujung tanduk itu dan berada dalam perawatan BPPN –lantas berganti PPA–. Kemudian, mereka menjual perusahaan itu kembali ketika sudah stabil dan menghasilkan keuntungan. Dari bisnis itulah, nama Sandi mencuat dan pundi-pundi rupiah dikantonginya.

Ketika itu, nama-nama lain yang muncul, misalnya, Tom Lembong dan Hary Tanoesoedibjo. Tom Lembong adalah mantan banker di Morgan Stanley, AS. Sedangkan Hary kini dikenal lewat bendera MNC, holding dari banyak perusahaan media. Sandi terlibat dalam banyak pembelian maupun refinancing perusahaan-perusahaan. Misalnya, mengakuisisi Adaro, BTPN, hingga Hotel Grand Kemang. Dari situlah, kepakan sayap bisnis Sandi melebar hingga kini.

                                        ***

Ada yang bilang, Sandi diuntungkan nama besar orang tuanya, Henk Uno dan Mien Uno. Meski bukan berlatar belakang bisnis, orang tua Sandi yang pakar kepribadian, diakui pria penggemar batik itu, sebagai pembuka jalan bagi gerak bisnisnya. Itu terkait relasi orang tuanya yang banyak. ’’Tapi, relasi orang tua hanya berperan sedikit. Yang sulit ialah meyakinkan kolega-kolega bahwa saya mampu,’’ tutur Sandi, yang semasa kuliah di AS sempat menjadi asisten laboratorium.

Di negeri ini, jumlah pengusaha sukses masih sedikit. Lebih sedikit lagi jika mencari pengusaha masih muda, sukses, dan kaya. Umur mereka belum 40

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News