Pengusaha Retail Harus Paham, Orang Belanja tak Mau Ribet

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menilai, langkah beberapa perusahaan retail menutup gerainya bukan dipicu menurunnya daya beli masyarakat. Melainkan pola belanja masyarakat yang sudah berbeda.
”Kelompok milenial ini cara belanjanya berbeda,” ujar Enggar kemarin (4/11). Menurutnya kini masyarakat lebih simple dalam berbelanja.
Enggar mengatakan, banyak orang yang mulai enggan berbelanja memilih barang, mengelilingi lorong. Masyarakat cenderung datang berbelanja sesuai tujuannya.
Hal inilah yang menurut Enggar perlu dipahami para pengusaha retail. Sehingga mereka bisa menyesuaikan diri.
Misalnya, perusahaan retail harus memiliki brand yang spesifik. ”Memang ada perpindahan online tapi offline tetap bisa (bertahan, Red),” katanya.
Selain soal cara belanja yang berbeda, toko retail harus mulai melirik daerah yang “masih sepi”. ”Kalau terlalu berdekatan, pasti ada yang menjadi korban,” jelasnya.
Senada dengan pernyataan Enggar. Managing Director Supermal Karawaci Heru Nasution mengakui bahwa saat ini pelaku usaha retail offline perlu melakukan inovasi pada bisnisnya.
Sebab, Heru menganggap bahwa gerai usaha yang tutup adalah karena tidak mendapat manajemen dan inovasi yang baik.
Perusahaan retail yang menutup gerai karena tidak melakukan inovasi yang baik. Mereka tidak bisa menyesuaikan diri.
- Tokopedia Hadirkan Fitur Augmented Reality, Masyarakat Bisa Jajal Makeup Secara Virtual
- Kolaborasi Semesta Kunci Wujudkan Keamanan Optimal di Marketplace
- Tokopedia Ungkap Tren Belanja Online Selama Ramadan-Lebaran 2023, Simak!
- Penjualan Baju Muslim Meningkat, Tokopedia Hadirkan Ramadan in Style Desainer Ternama
- Sering Belanja dari Luar Negeri? Pahami Ketentuan Barang Kiriman Ini
- Irjen Fadil Minta Peserta Indonesia Masters 2023 Tak Pesan Makanan Via Online