Pengekspor Sapi Australia Rasakan Dampak Peningkatan Kasus Covid-19 di Indonesia

Pengekspor Sapi Australia Rasakan Dampak Peningkatan Kasus Covid-19 di Indonesia
Pelaku industri ekspor sapi Australia khawatir dengan eskalasi krisis COVID di Indonesia. (ABC Rural: Lydia Burton)

Dampaknya pada permintaan sapi Australia

Memburuknya pandemi di pasar terbesar ekspor sapi Australia ditambah lagi dengan pembatasan aktivitas warga tentu saja berdampak bagi ketahanan pangan di Indonesia dan permintaan daging sapi Australia.

Troy mengatakan cara penanganan pandemi selama beberapa minggu mendatang akan sangat penting.

"Bagi kami prioritasnya tentu saja perlindungan dan kepedulian terhadap para pekerja kami. Untuk penjualan, kasusnya adalah wait and see," katanya.

"Kita belum pernah melihat kejadian seperti ini sebelumnya, jadi sulit diprediksi," ujar Troy.

Pada hari Selasa, Presiden Joko Widodo memperpanjang pelaksanaan PPKM hingga 25 Juli untuk menahan lonjakan kasus COVID-19.

Pendiri Indonesia Institute, Ross Taylor, menyebut hal itu sebagai perubahan kebijakan Pemerintah Indonesia, namun banyak faktor sosial dan ekonomi yang membuat pembatasan mobiltas menjadi rumit.

"Apalagi di Pulau Jawa ada 150 juta penduduk, 45 juta orang di antaranya adalah yang kita sebut sebagai pekerja informal,” jelasnya.

"Perpaduan antara kesehatan masyarakat dan dampak ekonomi lebih terasa di Indonesia daripada di Australia, dan perdagangan ternak ini merupakan contohnya," kata Ross Taylor.

Ketua Dewan Pengekspor Ternak di Australia menerima laporan dari mitranya di Indonesia bahwa banyak staf importir yang sakit atau meninggal karena COVID.

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News