Penjahat Generasi Baru Ancam Surabaya

Penjahat Generasi Baru Ancam Surabaya
Penjahat Generasi Baru Ancam Surabaya

Misalnya, dua kasus perampasan motor di Jalan Ir Soekarno atau middle east ring road (MERR). Dalam dua kasus itu, jatuh tiga korban. Dua orang mengalami luka berat dan satu orang harus meregang nyawa. Peristiwa pertama terjadi pada 6 Juli yang menimpa Zulfitri Almas. Mahasiswi 21 tahun tersebut tidak hanya kehilangan motor Honda Beat nopol L 6238 TE, tapi juga menderita empat luka bacokan senjata tajam di lengan kanan dan leher.

Yang kedua terjadi pada 19 Juli yang dialami Arya Adwitya dan Nurrizal Tsami. Arya menderita luka serius karena dibacok para pelaku, sedangkan Nurrizal meninggal dunia karena dihujani bacokan saat berupaya melawan.

Kamis lalu (31/7) juga terjadi perampasan sepeda motor dengan korban laki-laki di depan SMAN 17 kawasan Rungkut Asri. Sebuah motor Mio putih dibawa kabur. Namun, korban tidak melapor.

Ketika para perampok kelas kakap tiarap, lantas siapa yang melakukan aksi perampasan motor itu? ”Pelakunya adalah penjahat baru yang usianya masih muda-muda. Namun, mereka ini bekerja dengan penjahat kawakan dan aksinya sangat sadis,” beber Sumaryono.

Polisi menyebut mereka generasi baru penjahat jalanan yang dimentori langsung para bromocorah yang kenyang pengalaman keluar-masuk penjara. ”Para penjahat kawakan seperti melakukan regenerasi dan ini yang harus kami serta masyarakat waspadai. Termasuk selepas Lebaran,” ujar Sumaryono.

Generasi baru penjahat? Bisa jadi memang seperti itu. Berdasar hasil pengungkapan polisi, mereka yang tertangkap memang masih sangat muda. Polisi mengidentifikasi mereka dari tiga kelompok. Yakni, kelompok Bangunsari yang dikendalikan seorang residivis bernama Rohman, komplotan Madura–Bulak–Semampir yang dipimpin Sonindo, dan kelompok Pasuruan.

Salah satu yang sukses dibongkar adalah kelompok Bangunsari. Ada tiga bandit muda yang diringkus. Masing-masing bernama M. Hariyanto, 20, asal Dupak Pasar Baru; Andik, 23, warga Dupak Pasar Baru; dan Adi Budi, 20 yang tinggal di Lasem Barat. Mereka diamankan pada 12 Juli lalu. Kepada penyidik, mereka mengaku bekerja dengan ”orang-orang tua”. ”Kami diajak Cak Man (Rohman, Red). Kami bertugas menjadi joki. Saat eksekusi pertama dan kedua, kami diminta melihat caranya,” aku Hariyanto yang diamini Adi, dua pelaku yang sudah ditangkap polisi.

Hariyanto cs sudah lima kali merampas motor. Dua kali berlangsung di kawasan kampus Unesa Lidah Wetan, lalu di Jalan Ahmad Yani, Bundaran Waru, dan Tugu Bambu Runcing. Di aksi ketiga, mereka tidak lagi menjadi penonton, tapi turut berperan melakukan kekerasan terhadap korban.

Sebulan sebelum Ramadan hingga libur Lebaran, Surabaya terbebas dari aksi perampokan berskala besar. Perampok kelas kakap tiarap setelah polisi menembak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News