Penjahat Generasi Baru Ancam Surabaya

Penjahat Generasi Baru Ancam Surabaya
Penjahat Generasi Baru Ancam Surabaya

”Sebelum kerja, kami biasanya minum-minum dulu. Setelah itu, kami jalan. Kami mau diajak kerja karena mendapat bagian. Biasanya, dapat Rp 350 ribu dan paling sedikit Rp 150 ribu,” ungkap Hariyanto. Dia menambahkan, selama ini mereka hanya bekerja di jalan. ”Urusan melempar (menjual, Red) barangnya ya mereka yang tua-tua,” imbuh Adi. (mas)

Pengakuan tidak jauh berbeda diutarakan tiga bandit muda komplotan Madura yang diamankan Polsek Gubeng, 20 Juli lalu. Ketiganya adalah M. Soni, 20, warga Jalan Nyamplungan, Surabaya; Fausi, 25, warga Tragah, Bangkalan; dan Hariyanto, 19, warga Kedundung, Sampang. Mereka juga menyebut ”bekerja” berkelompok sebanyak enam orang.

Eksekutornya disebut bernama Sonindo yang juga memimpin kelompok tersebut. Sementara itu, mereka bertugas sebagai joki sekaligus membantu mengeroyok. Tugas lainnya memepet korban. ”Kalau korbannya melawan, ya disabet,” ujar Soni dengan entengnya.

Komplotan tersebut telah beraksi enam kali. Salah satunya percobaan perampasan motor Kawasaki Ninja di Jalan Karah pada 14 Juli lalu. Ketika itu mereka berusaha merampas motor dengan menyabetkan pisau ke lengan kanan korban. Tapi, aksi itu gagal karena korban tancap gas.

Sebelumnya mereka juga merampas motor Ninja di Gubeng dan Honda Beat di Jalan Raya Kertajaya. ”Dari hasil pemeriksaan, mereka ini sepertinya memang sengaja diajari. Jika sudah mahir, nanti mereka tidak lagi didampingi. Sebab, yang tua-tua hanya bertugas melempar hasil curian,” kata Sumaryono menganalisis.

Perwira polisi asal Surabaya itu menambahkan, komplotan bandit-bandit muda tersebut umumnya terdiri atas enam hingga sembilan orang. Secara garis besar, ada tiga kelompok. Tapi, di luar kelompok itu, juga ada kelompok-kelompok kecil yang terkoneksi dengan tiga kelompok tersebut. Misalnya, kelompok Rosul, 20, asal Dukuh Setro yang diamankan Polsek Mulyorejo pada 16 Juni lalu. Atau kelompok Lutfila Adiatmika, 20, dari Tempel Sukorejo yang dicokok Polsek Genteng, 20 Juli lalu.

”Generasi baru ini saling mengisi saat bertemu di jalan. Kami berusaha maksimal untuk menindak tegas mereka. Sebab, jika dibiarkan berkeliaran, mereka akan semakin nekat,” tegas Sumaryono.(fim/eko/c6/nw)

Sebulan sebelum Ramadan hingga libur Lebaran, Surabaya terbebas dari aksi perampokan berskala besar. Perampok kelas kakap tiarap setelah polisi menembak


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News