Pensiunan Guru Raup Untung Bersih Rp 100 Juta Per Tahun

Pensiunan Guru Raup Untung Bersih Rp 100 Juta Per Tahun
Imam (baju putih) bersama penyuluh dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kobar saat panen cabai di kebunnya. Foto: JOKO HARDYONO/RADAR SAMPIT

Menurut Imam, bertani cabai seperti merawat bayi. Harus tekun dan tidak boleh dibiarkan begitu saja.

Ketika dipanen, para pedagang yang datang mengambil cabai ke rumahnya. Dia menjual dengan harga Rp 125 ribu per kilogram.

”Tergantung kualitas bibitnya, biasanya harga normal dulu sebelum naik Rp 20 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogramnya," ujarnya.

Imam menuturkan, penyebab harga cabai naik di pasaran adalah cuaca yang tidak menentu.

Hal itu menyebabkan beberapa penyakit cabai, seperti jamur, hama, dan lainnya mudah menyerang.

Hal yang ditakutkan petani cabai adalah apabila hujan siang hari karena Jamur akan bermunculan. Karena itu, setelah hujan tanaman cabai harus disemprot.

”Menentukan berhasil atau tidak itu kan cuaca. Lebih baik musim kemarau sekalian lebih bagus. Dampaknya cuaca seperti ini, jamur yang banyak, patek juga banyak. Makanya dua kali sehari disemprot tidak menutupi gagal panen," katanya.

Sementara itu, Kasi Produksi Hortikultura Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Kobar Legiman mengatakan, petani cabai di Kobar paling banyak berada di Kecamatan Pangkalan Lada dan Arut Selatan. Cabai lokal di Kobar sudah bisa memenuhi kebutuhan pasar.

Imam Kusno merupakan pensiun guru Pegawai Negeri Sipil (PNS)). Kini, dia sukses bertani cabai.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News