Penutupan Program Bahasa di Australia Tak Hanya Rugikan Mahasiswa, Tapi Juga Lulusannya Saat Cari Kerja
"Dari situ baru mata saya terbuka dengan berbagai aspek budaya, masyarakat dan pemerintah Indonesia. Saya semakin tertarik dan juga dalam waktu bersamaan menyadari betapa tidak tahunya saya dengan negara tetangga paling dekat dengan Australia ini."
Hammad mulai belajar program Diploma di tahun 2019 dan kemudian mendapatkan kesempatan mengunjungi Pulau Batam selama satu minggu dalam program pertukaran mahasiswa informal bernama "Sahabat Kepri'.
Perjalanan ke Indonesia itu semakin memperkuat tekadnya untuk belajar lebih serius soal budaya dan bahasa Indoensia.
Karenanya dia mengajukan diri untuk mendapatkan beasiswa New Colombo Plan yang ditawarkan oleh pemerintah Australia bagi mahasiswa untuk belajar di negara-negara Asia.
Sekarang dia mendapatkan beasiswa yang akan digunakan untuk belajar di Universitas Parahyangan di Bandung dan juga di Singapura selama 18 bulan.
"Saya yakin sekali, saya tidak akan mendapatkan beasiswa ini kalau bukan karena program bahasa Indonesia yang saya ikuti," katanya lagi.
Penelitian mendalam soal bahasa juga menurun
Dalam perbincangannya dengan ABC Indonesia, Associate Professor Kate McGregor mengatakan selama 20 tahun terakhir jumlah mahasiswa S2 dan S3 asal Australia yang melakukan penelitian mendalam mengenai bahasa Asia semakin menurun.
Australia menghadapi krisis dalam pengajaran bahasa-bahasa Asia di tingkat universitas, demikian menurut Asosiasi Studi Asia di Australia
- ABK Asal NTT dan 9 WNA China Terombang-ambing di Laut Australia hingga ke Sukabumi
- Dunia Hari Ini: Pria Australia Diancam 12 Tahun Penjara di Bali
- Dunia Hari Ini: Australia Akan Mempersulit Orang yang Suka Gonta-ganti Visa
- Dunia Hari Ini: Lukisan Raja Charles Jadi Serangan Aktivis Pencinta Hewan
- Dunia Hari Ini: Misteri Kematian Presenter TV Inggris Akhirnya Terjawab
- Vina Setelah 8 Tahun: Cerita yang Belum Selesai