Penyerang Jemaat Gereja Hanya Tertarik Perempuan Bercadar

Penyerang Jemaat Gereja Hanya Tertarik Perempuan Bercadar
Garis polisi di depan Gereja Santa Lidwina Bedog, seusai diserang oleh pelaku teror bernama Suliono, Minggu (11/2). Foto: Guntur Aga Tirtana/Radar Jogja

jpnn.com, BANYUWANGI - Suliono, 23, merupakan pelaku penyerangan terhadap empat jemaat gereja Katolik St Lidwina, Dukuh Jambon, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Sleman, Jogjakarta, pada Minggu pagi (11/2).

Suliono merupakan warga Dusun Krajan, RT 2, RW 1, Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jatim.

Menyelesaikan pendidikan di SMPN 1 Pesanggaran, Suliono sempat belajar di Pondok Pesantren Ibnu Sina, Dusun Jalen, Desa Setail, Kecamatan Genteng, asuhan ketua PCNU Banyuwangi KH. Masykur Ali. “Di Pak Masykur hanya enam bulan,” terang Mistaji, 57, ayah Suliono.

Setelah itu, Suliono pindah ke tempat kakaknya di Sulawesi, tepatnya di Desa Lantula Jaya, Kecamatan Witaponda, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Mistaji cerita, perubahan sikap Suliono mulai terlihat saat di Sulawesi itu.

Di rumah kakaknya yang menjadi basis NU, Suliono merasa tidak cocok dan sering berdebat dengan kakaknya.

Dia kemudian meninggalkan tempat kakaknya itu dan pindah ke Palu, Sulawesi Tengah. “Pengaruhnya ya di Sulawesi itu,” kata Mistaji.

Hal senada disampaikan Nuraini, 35, saudara misan Suliono. Pada Ramadan lalu, Suliono berada di rumah hampir 18 hari.

Suliono, pelaku penyerangan jemaat Gereja St Lidwina, mengaku hanya mau menikahi perempuan bercadar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News