Perang Melawan Fatphobia di Kiblat Mode Dunia

Perang Melawan Fatphobia di Kiblat Mode Dunia
Peragaan busana untuk perempuan gemuk yang merupakan bagian dari kampanye anti-fatphobia Pemerintah Kota Paris. Foto: AP

jpnn.com, PARIS - Tubuh perempuan yang menjadi model kampanye Pemerintah Kota Paris itu tidak langsing, apalagi kurus. Sebaliknya, model iklan di papan dan brosur tersebut malah bisa dibilang besar alias gemuk.

Dalam selebaran lain, yang tampil adalah sosok laki-laki dengan postur badan biasa saja. Tidak atletis. Tidak six-pack.

Hanya ada satu kalimat yang mendampingi masing-masing model tersebut. ’’Fat? So what?’’ Gemuk? Lalu kenapa?

Tidak ada yang salah dengan kondisi fisik tersebut. Gemuk. Apa pun alasannya, menjadi gemuk bukanlah pelanggaran. Juga bukan dosa.

Lantas, mengapa banyak sekali manusia yang memusuhi kondisi tersebut? Fenomena fatphobia (takut gemuk) itulah yang sedang berusaha diubah Wali Kota Paris Anne Hidalgo.

Pertengahan Desember lalu, Paris merilis iklan-iklan anti-fatphobia. Itu dilakukan karena Hidalgo menangkap tren meningkatnya populasi Prancis yang masuk kategori kelebihan berat badan dan obesitas.

Meski tingkatnya masih lebih rendah ketimbang negara-negara Eropa lainnya, fenomena itu telah menimbulkan fatphobia di tengah masyarakat kota kiblat mode dunia tersebut. Hidalgo jelas tak mau sentimen itu meluas.

”Fatphobia adalah realitas yang ada dalam masyarakat kita,” ujarnya saat merilis iklan-iklan anti-fatphobia tersebut.

Pertengahan Desember lalu, Paris merilis iklan-iklan anti-fatphobia. Itu dilakukan karena melihat semakin banyaknya warga yang masuk kategori obesitas

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News