Perang Pandan untuk Hormati Dewa Indra
Sabtu, 09 Juni 2012 – 15:45 WIB
Begitu acara dimulai, suara gamelan mengiringi. Peserta anak-anak beraksi terlebih dahulu, baru kemudian taruna. Seakan bangga menjadi peserta, dengan wajah terangkat, mereka menantang lawan yang ada di hadapannya.
Karena telanjang badan, duri pandan dengan leluasa menggores kulit punggung mereka. "Tradisi ini untuk menghormati Dewa Indra sebagai Dewa Perang," ujar I Nengah Timur, tokoh masyarakat. Dia menuturkan, tradisi tersebut merupakan keharusan bagi warga Tenganan karena aliran yang dianut adalah aliran Indra.
Mereka percaya bahwa masyarakat Tenganan Pegringsingan adalah keturunan Dewa Indra. Dengan demikian, penerusnya wajib menjadi pasukan yang tangguh. Saat ini perang pandan dianggap menjadi salah satu kesempatan untuk berlatih perang. Meski para peserta benar-benar terluka dalam latihan, mereka tidak boleh menyimpan dendam.
Misalnya, Agus, 18, yang menjadi peserta kemarin. Perang itu hanya dianggap sebagai permainan. Bahkan, dia sudah lupa rasanya tergores duri pandan. "Saya sejak kecil ikut (perang pandan), sudah kebal," ujar mahasiswa salah satu universitas di Denpasar tersebut. Karena itu, setelah acara, dipastikan tidak ada dendam di antara mereka. (ket/yes/jpnn/c10/nw)
AMLAPURA - Tradisi perang pandan kembali diadakan di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Karangasem, Bali, kemarin. Seperti tahun-tahun
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- 57 Prajurit dari Yonif 754 Pemukul Cepat Lintas Medan Bergerak ke Markas KKB
- Ingat Ya, Kontrak Kerja PPPK 5 Tahun, tetapi Baru Setahun Bisa Dipecat
- TNI AL Bersama Tim SAR Gabungan Evakuasi Warga Desa Kadundung dan Saronda Terdampak Banjir
- Menjelang Pendaftaran PPPK 2024, Guru ASN di Sekolah Swasta Ditarik Lagi
- Penjelasan Polisi soal 42 Balita Keracunan Makanan di Majene
- Seusai Dilantik, PPPK Jangan Langsung Menggadaikan SK ke Perbankan