Perawat Panti Jompo Asal Indonesia Membantah Stereotip di Tengah Kurangnya Pekerja Laki-laki

Kini, Fransi yang sudah lebih dari 20 tahun tinggal di Australia bekerja rata-rata delapan hari dalam dua minggu.
Stereotip pekerja laki-laki di panti jompo
Stereotip terhadap pekerja laki-laki di panti jompo memang masih ada, terutama tentang bagaimana pekerjaan merawat selalu diasosasikan dengan perempuan.
Padahal menurut Wirawan, gender tidak mempengaruhi kinerja seseorang di panti jompo.
"Menurut saya telaten atau enggak, itu tidak tergantung gender," katanya.
"Kalau carer walaupun perempuan banyak saya lihat kerjanya asal ... baik perempuan atau laki-laki mungkin sekitar tiga persen saja yang kerja rapi, selebihnya asal.
"Jadi tergantung individu masing-masing pekerjanya."
Tapi, pada kenyataannya, Fransi mengatakan bahwa di panti jompo, terkadang ada residen yang "tidak suka dibantu oleh pekerja pria".
"Mungkin juga karena dia pernah punya pengalaman buruk sebelumnya karena pekerja pria dianggap terlalu kasar," kata Fransi.
Industri panti jompo Australia masih didominasi oleh pekerja perempuan di tengah banyaknya stereotip dan hal lain yang menyebabkan laki-laki enggan menggelutinya
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Menteri Karding Berangkatkan 55 Perawat dari Universitas Binawan ke Austria
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS