Perawat Panti Jompo Asal Indonesia Membantah Stereotip di Tengah Kurangnya Pekerja Laki-laki

Perawat Panti Jompo Asal Indonesia Membantah Stereotip di Tengah Kurangnya Pekerja Laki-laki
Di tengah banyaknya masalah dalam industri panti jompo Australia, minimnya keberagaman gender adalah salah satunya. (ABC Great Southern: Mark Bennett)

Industri perawatan lansia atau 'aged care' di Australia masih didominasi pekerja perempuan di tengah banyaknya stereotip dan hal lain yang menyebabkan laki-laki enggan menggelutinya.

Menurut ahli sosial, hampir 90 persen pekerja perawatan lansia adalah perempuan.

Hal ini benar adanya menurut Wirawan Tanamas, pekerja paruh waktu di panti jompo Baptcare yang berlokasi di Kew, 5km dari pusat kota Melbourne, Australia.

Wirawan memperkirakan bahwa jumlah pekerja laki-laki di tempat kerjanya hanyalah sekitar 15 persen.

Padahal, menurutnya, pekerja laki-laki dibutuhkan untuk beberapa hal yang memerlukan kekuatan fisik.

"Sebenarnya dibilang lebih banyak membutuhkan tenaga lelaki sih enggak, cuma perlu tenaga lelaki," katanya.

"Mengingat laki-laki lebih kuat dan mungkin diperlukan dalam kondisi emergency [mendesak], semisal ada residen yang jatuh, ada penyusup, ada kerusakan minor di fasilitas, atau pekerjaan di gudang untuk mengisi barang-barang yang habis dipakai."

Rendahnya minat kerja di bidang perawatan lansia menurut Wirawan dipicu pemikiran tentang bagaimana industri tersebut dianggap "jorok dan menggelikan".

Industri panti jompo Australia masih didominasi oleh pekerja perempuan di tengah banyaknya stereotip dan hal lain yang menyebabkan laki-laki enggan menggelutinya

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News