Perbankan Enggan Lirik Sektor Kelistrikan

Perbankan Enggan Lirik Sektor Kelistrikan
Perbankan Enggan Lirik Sektor Kelistrikan
Berdasar hitungan PLN, kebutuhan investasi PLN dan IPP sepanjang 2010 hingga 2019 mencapai USD 97,1 miliar (sekitar Rp 873 triliun) atau USD 9,7 miliar per tahun. "Besarnya kebutuhan investasi ini seharusnya bisa menjadi kesempatan bagi perbankan untuk masuk," terangnya.

Menurut Nasri, dari total kebutuhan investasi USD 97,1 miliar, sekitar USD 70,6 miliar di antaranya dibutuhkan untuk membangun pembangkit. Kemudian USD 15,1 miliar untuk membangun jaringan transmisi, dan USD 11,2 miliar jaringan distribusi.

Dia mengakui, saat ini kucuran pendanaan perbankan sudah mulai mengalir ke PLN. Terutama untuk pembiayaan proyek 10.000 megawatt (MW). Meski demikian, sektor listrik masih butuh pendanaan yang lebih banyak. "Terutama untuk IPP. Sebab, tanpa IPP PLN akan kesulitan memenuhi kebutuhan daya listrik nasional," ujarnya.

Memang, jika dibandingkan dengan sektor lain, kucuran kredit perbankan ke listrik masih timpang. Data statistik perbankan Bank Indonesia (BI) menunjukkan, sepanjang Januari?September 2010 kucuran kredit ke sektor listrik, gas, dan air bersih baru Rp 29,1 triliun. Sedangkan pada 2009, total kredit ke sektor ini hanya Rp 18,4 triliun. Tentu, angka itu masih jauh di bawah kebutuhan investasi yang mencapai USD 9,1 miliar atau setara Rp 81 triliun per tahun.

JAKARTA - Rasio elektrifikasi yang rendah membuat kebutuhan investasi untuk pengembangan listrik di Indonesia sangat tinggi. Sayangnya, dukungan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News