Perdana di Sumbar, Jambore Organik Kampanyekan Pangan Sehat

Perdana di Sumbar, Jambore Organik Kampanyekan Pangan Sehat
Jambore pangan di Sumbar. Foto: Humas Kemantan

jpnn.com, PADANG - Salah satu Nawacita Presiden RI adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan agenda peningkatan kedaulatan pangan. Salah satu sasarannya yaitu kegiatan pengembangan 1.000 desa pertanian organik. Desa pertanian organik ini sejalan dengan program 'go organic' yang dicanangkan Kementerian Pertanian sejak 2010. Program ini membuka peluang positif untuk penyediaan pangan sehat yang aman konsumsi. Selain itu model pertanian organik juga aman untuk petani, baik untuk lingkungan, memperbaiki lahan kritis serta menumbuhkan kemandirian petani, sehingga tidak bergantung pada pestisida.

Seluruh input yang digunakan dalam pertanian organik dipenuhi melalui bahan alami dan kearifan lokal. Sebagai salah satu unit kerja pelaksana pengembangan Desa Pertanian Organik, Kementan melalui Direktorat Jenderal Hortikultura telah mengalokasikan Desa Pertanian Organik di 250 Desa di 24 provinsi. Secara perdana, Nagari Balai Panjang, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota dipilih menjadi lokasi peresmian Desa Organik.

Direktur Perlindungan Hortikultura Sri Wijayantie Yusuf sangat mendukung semangat para petani mengembangkan pertanian organik di wilayah ini. Dengan melihat keindahan alam Sumatera Barat ini, dirinya merasa perlu terus menjaga keberlangsungan alam ini.

BACA JUGA: Kembangkan Industri Pangan Lokal, Kementan Gandeng Empat Instansi Ini

"Saya sudah berkeliling. Sumbar ini cantik. Kegiatan pertanian di sini sejalan dengan program 'go organic'. Ini harus diseriusi. Banyak tanaman hortikultura yang disemprot dengan pestisida kimia tapi tidak ada yang peduli. APBN harus mengarahkan pertanian organik agar aman pangan. Tujuannya adalah mengkampanyekan pangan sehat, hortikultura sehat. Tidak banyak pupuk kimia, kita kembali ke alam," ujar Yanti saat memberikan sambutan, (24/7).

Kegiatan yang kemudian diberi nama Jambore Organik ini bertujuan mempertemukan stakheholders dengan petani. Membangun jaringan pemasaran produk organik, mempertemukan produsen, pasar dan konsumen. Dirinya juga mengharapkan event ini menjadi momentum untuk memberikan kesadaran masyarakat dan petani untuk kembali ke alam dan mengurangi bahan pangan yang terkontaminasi bahan kimia. "Tidak ada pasar apabila tidak ada kampanye. Masyarakat perlu kembali mengkonsumi buah dan sayur tanpa pestisida. Inilah perlunya edukasi sehat agar jangan sampai tubuh ini terpapar pangan tidak sehat," jelas Yanti.

BACA JUGA: Raih Manfaat Ekonomi, Belanda Siap Promosikan E-Cert

Yanti juga menjamin budidaya organik lebih murah dari segi biaya usaha. Selain itu tanaman menjadi tahan terhadap serangan OPT. Hal ini senada dengan keterangan dari POPT Kabupaten Lima Puluh Kota Herman. "Bertanam organik itu murah. Bahan-bahan semua ada di alam. Hasilnya juga lebih bagus. Untuk pestisida, cukup pakai daun pinang, daun sirian, daun pandan, cabai rawit dan akar tuba. Semua bahan diblender lalu disemprot ke tanaman seminggu sekali. Kalau pupuk biasanya pakai fermentasi urine kambing," papar Herman.

Desa pertanian organik ini sejalan dengan program 'go organic' yang dicanangkan Kementerian Pertanian sejak 2010.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News