Perempuan Lintas Agama Indonesia Belajar Kepemimpinan di Australia

Perempuan Lintas Agama Indonesia Belajar Kepemimpinan di Australia
Perempuan Lintas Agama Indonesia Belajar Kepemimpinan di Australia

Amalia yang juga lulusan Edith Cowan University, Perth, Australia Barat (WA) ini memaparkan rencananya membuat program Pendidikan yang dapat memudahkan kader Muslimat NU dari berbagai wilayah di Indonesia mengakses kesempatan Pendidikan dan beasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan mereka.

"Saya ingin, kader yang memang punya kapasitas meski di tingkat bawah itu bisa mengakses peluang beasiswa dan pelatihan. Jadi tidak hanya bagi pimpinan di pusat saja. Karena beasiswa Pendidikan dan pelatihan itu sangat perlu untuk membuka wawasan dan menjaring bibit-bibit pemimpin masa depan di organisasi saya. Itu yang belum dilakukan selama ini," tambahnya.

Kesetaraan relasi ditengah budaya patriarki

Perempuan Lintas Agama Indonesia Belajar Kepemimpinan di Australia Photo: Tristina Handjaja, perwakilan dari Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia. (Supplied: Tristina Handjaja)

Sedangkan bagi Tristina Handjaja, peserta yang mewakili organisasi Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia, isu kampanye kesetaraan relasi pria dan wanita masih menjadi tantangan besar di kalangan perempuan Buddha khususnya dari kalangan warga keturunan Tionghoa di perkotaan.

"Di lingkungan saya yang beragama Buddha di kota-kota itu kebanyakan warga keturunan tionghoa, itu sangat kental budaya patriarkinya. Laki-laki sangat dinomorsatukan dan perempuan harus melayani dan tidak boleh mengambil keputusan. Jadi ada banyak kekerasan terselubung." tuturnya.

"Bagi warga Tionghoa, itu sangat tabu kalau laki-laki melakukan pekerjaan rumah tangga. Meskipun itu dilakukan pria secara suka rela tapi keluarganya pasti akan menilai itu membawa sial dan tidak hoki. isterinya bisa di maki-maki bahkan diceraikan hanya karena kedapatan keluarga suaminya mencuci piring misalnya."

Untuk menyikapi kondisi ini, Tristina Handjaja telah merancang program berupa festival tari dan angklung bagi perempuan di organisasinya.

"Dengan ikut kegiatan ini diharapkan mereka dapat keluar dari kungkungan budaya patriarki, bahwa perempuan memiliki kegiatan di luar rumah itu adalah suatu kewajaran yang perlu diperjuangkan. "

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News