Periode Teflon
.jpeg)
Kata-kata itu dianggap kata-kata Presiden Jokowi karena Budi mengatakannya setelah bertemu presiden secara khusus.
Sejauh ini, katanya, Ganjar baru didukung PDI-Perjuangan dan PPP. Kalaupun Ganjar menang pemerintahannya akan sulit. Bisa tidak didukung parlemen. Kecuali Ganjar seorang teflon. Atau setidaknya punya teflon besar –sekelas Jenderal Luhut Panjaitan.
Maka, katanya, Jokowi masih terus mengusahakan agar Ganjar-Prabowo atau Prabowo-Ganjar bisa berpasangan. Tentu tidak mudah. Tetapi, katanya, masih cukup waktu. Masih ada lima bulan untuk terus mengupayakannya.
Pikiran yang seperti itu juga yang dianut Ogan sampai akhirnya pilih mendukung Erdogan.
Ternyata Ogan seorang negarawan. Pikirannya bukan sebatas menang dan berkuasa, tetapi ketika bisa berkuasa harus bisa berbuat banyak untuk kebaikan negara.
Di lain pihak Kemal seperti alat kukus. Tenang. Lambat. Jernih. Kalau bicara tidak pernah ngegas. Pun dalam keadaan jengkel. Kemal sampai mendapat julukan Gandhi-nya Turki.
Kemal orang pedalaman timur Turkiye. Pun istrinya. Satu daerah. Tetapi kalah di pedalaman. Erdogan orang kota. Lahir di Istanbul. Kalah di perkotaan.
Bisa jadi penentu kemenangan hari ini justru pemilih yang tinggal di Jerman. Hampir tiga juta sendiri. Mereka memihak Kemal.
SIAPA yang akan menang di grand final Pilpres Turkiye hari ini? Kelihatannya Tayyip Erdogan lagi. Alasannya? Anda sudah tahu.
- Prabowo: Saya Dibilang Presiden Boneka, Dikendalikan Pak Jokowi, Itu Tidak Benar
- Hasan Nasbi Hadiri Sidang Kabinet Meski Sudah Mengundurkan Diri, Kok Bisa?
- Mensos Sebut 5 Ribu Siswa Lulus Administrasi untuk Masuk Sekolah Rakyat
- Prabowo Sambut Presiden Senat Kamboja di Istana, Ini yang Dibahas
- Belum Puas, Prabowo Ingin Biaya Haji RI Lebih Murah Lagi
- Koperasi Merah Putih