Perjuangan agar Dolly Tidak Kembali

Oleh Dahlan Iskan

Perjuangan agar Dolly Tidak Kembali
Dahlan Iskan. Foto: JPG/dok.JPNN.com

Abdullah Izzin, yang paling muda di antara tiga pemuda itu, bekerja di bank. Merangkap bisnis online. Dia juga keluarga pedagang.

Abdullah yang kelahiran Sumenep itu adalah lulusan Pondok Modern Gontor, Ponorogo. Lalu melanjutkan S-1 di UIN Sunan Ampel Surabaya.

Tiga pemuda tersebut ternyata sudah membuka pesantren Dolly sejak Dolly masih jaya. Mereka berjuang dengan diam. Tidak pernah bikin provokasi.

Atau bikin penentangan dengan kekerasan. Mereka berbuat melalui apa yang bisa diperbuat. Dengan diam. Tapi gigih. Gigih, tapi diam.

Sebagai anak-anak muda, mereka bersikap profesional. Guru-guru ngajinya mereka bayar lebih tinggi dari gaji umumnya guru ngaji.

Agar bisa menerapkan disiplin tinggi kepada para pengajar: gajinya dipotong setiap menit keterlambatan. Dikalikan berapa menit dia terlambat datang.

Meski awalnya sulit mendapatkan anak yang mau mengaji di situ, mereka justru meningkatkan kedisiplinan. Mereka belajar dari pengalaman: sekolah yang maju adalah yang disiplinnya tinggi. Mereka pun berani menerapkan aturan: murid yang sekian kali tidak masuk tanpa alasan langsung dikeluarkan. Hasilnya justru baik.

Saat ini 150 anak belajar mengaji di situ. Sepulang mereka dari sekolah secara bergantian. Setiap kelompok mengaji selama satu jam. Mulai pukul 4 sore sampai pukul 8 malam.

Saya lagi asyik menulis sore itu. ’’Ada tamu dari Gang Dolly,’’ ujar istri saya sambil berbisik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News