Perjuangan Bidan-Bidan Inspiratif Melawan Kuatnya Tradisi Lokal
Simulasi Bakar Tegaskan Risiko Panggang Api
Rabu, 21 Desember 2011 – 08:38 WIB
Perjuangan Meiriyastuti sungguh panjang dan melelahkan. Dia menghabiskan waktu lebih dari sepuluh tahun untuk membuat warga benar-benar sadar akan bahaya tradisi nyebur ke ayek. Sejak bertugas di Desa Teriti pada 2000, kerja keras Meiriyastuti baru terasa tahun ini. "Sekarang masih ada satu?dua orang yang tetap menjalankan tradisi itu," ucapnya.
Dia tidak bisa menghilangkan 100 persen upacara nyebur ke ayek. Yang dia lakukan adalah memodifikasi. Saat ini warga sudah tidak lagi memandikan bayi mereka di sungai. Sebagai gantinya, mereka memandikan bayi di dalam ember plastik di halaman rumah. Air yang digunakan juga tidak sedingin air sungai.
Solusi itu juga diterima kalangan dukun bayi. Toh, mereka tidak perlu berjalan ratusan meter untuk memandikan bayi di Sungai Batanghari.
Namun itu saja tidak cukup. Meiriyastuti terus mempererat hubungan dengan para dukun bayi. Tujuannya, para dukun tersebut bisa sadar dan dengan sukarela melepaskan tugas sebagai pembantu utama dalam proses persalinan. "Jika ditangani dukun, bayi rentan terkena tetanus," katanya.
Tugas para bidan, terutama di daerah pelosok, tidak semudah yang dibayangkan. Selain medan yang sulit, hambatan lain adalah kuatnya tradisi lokal
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor