Perjuangan Bidan-Bidan Inspiratif Melawan Kuatnya Tradisi Lokal

Simulasi Bakar Tegaskan Risiko Panggang Api

Perjuangan Bidan-Bidan Inspiratif Melawan Kuatnya Tradisi Lokal
Bidan Meiriyastuti menghadapi budaya lokal memandikan bayi di sungai Batanghari. (19/12) Foto : Srikandi Award for Jawa Pos
Perjuangan Meiriyastuti sungguh panjang dan melelahkan. Dia menghabiskan waktu lebih dari sepuluh tahun untuk membuat warga benar-benar sadar akan bahaya tradisi nyebur ke ayek. Sejak bertugas di Desa Teriti pada 2000, kerja keras Meiriyastuti baru terasa tahun ini. "Sekarang masih ada satu?dua orang yang tetap menjalankan tradisi itu," ucapnya.

   

Dia tidak bisa menghilangkan 100 persen upacara nyebur ke ayek. Yang dia lakukan adalah memodifikasi. Saat ini warga sudah tidak lagi memandikan bayi mereka di sungai. Sebagai gantinya, mereka memandikan bayi di dalam ember plastik di halaman rumah. Air yang digunakan juga tidak sedingin air sungai.

   

Solusi itu juga diterima kalangan dukun bayi. Toh, mereka tidak perlu berjalan ratusan meter untuk memandikan bayi di Sungai Batanghari.

Namun itu saja tidak cukup. Meiriyastuti terus mempererat hubungan dengan para dukun bayi. Tujuannya, para dukun tersebut bisa sadar dan dengan sukarela melepaskan tugas sebagai pembantu utama dalam proses persalinan. "Jika ditangani dukun, bayi rentan terkena tetanus," katanya.

   

Tugas para bidan, terutama di daerah pelosok, tidak semudah yang dibayangkan. Selain medan yang sulit, hambatan lain adalah kuatnya tradisi lokal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News